My friends My future


Di zaman ini, banyak orang justru menganggap sendirian itu lebih baik. Bahkan kadang kesannya, hidup sendiri, lebih sedikit teman, lebih sering dirumah doang, itu pasti lebih baik, lebih kudus. Well, menurut saya pendapat itu tidak sepenuhnya benar, we need friends, kita butuh orang-orang di sekitar kita, para sahabat, ssehingga kita bisa saling mengingatkan, mendukung, menguatkan, bahkan juga saling menegur kalo ada yang mulai melakukan keslahan. Being holy ga berarti being lonely. Mungkin saja, ada teman yang ada kalanya bikin kita keki atau jengkel. Inilah teman yang di saat-saat terburuk kita, saat ia seharusnya bisa jadi sahabat, tapi justru ninggalin kita. Ini juga teman yang awalnya bahkan mendukung kita abis-abisan buat ngelakuin ini itu, tapi disaat kemudian kita jatuh, ia gamau kenal kita lagi. Kita gak akan menunjuk ke orang lain, tapi liat diri kita sendiri dulu. Jujur aja, kebanyakan kita memang berteman dengan seseorang karena ada sesuatu yang menarik, yang berguna atau baik dari orang itu, sehingga kita pun senang jadi temannya. Itu normal. Siapa juga mau berteman sama orang yang bikin kita kena masalah terus kan? Tapi, nggak mudah juga untuk tetap jadi menjadi sahabat saat teman kita itu kemudian gak lagi memiliki sesuatu yang bikin kita tertarik tersebut.

          Baik di dunia nyata maupun di dunia maya, kita bisa temuin berbagai grup atau komunitas. Ada komunitas bikers, ada komunitas macbet, komunitas jadul, komunitas aliran music tertentu, komunitas suku, marga, alumni tertentu, dll. Berbagai komunitas itu dibentuk atas satu dasar, kesamaan. Ya, wajar kok kalo orang lebih cepat aklrab saat punya satu atau bahkan banyak kesamaan dengan orang lain. Namun, apakah makin banyak kesamaan kita dengan seseorang akan menjamin ia akan bisa menjadi teman terbaik kita? Yaa, bukan kesamaan yang bikin orang bisa makin kompak, tapi janji, komitmen, yang juga harus dimulai dari diri sendiri. So, bukannya kamu dilarang cari sahabat yang banyak kesamaan sama kamu, tapi, jangan lalu jadiin persamaan sebagai satu-satunya dasar berteman. Artinya juga, jangan sampe misalnya, kamu justru jadi bikin blok atau kubu-kubu sendiri dan meremehkan kubu lain yang ga sama dengan kelompokmu.

         

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ringkasan Buku “Mindset” Karya Carol S. Dweck

SINOPSIS BUKU SEGALA-GALANYA AMBYAR KARYA MARK MANSON