Ini Alasan Millenial Harus Menghindari Multitasking #OpiniCiaa
Salah satu kelemahan yang kumiliki yaitu tidak sabaran. Mengerjakan sesuatu suka dengan cepat, instan. Semasa kuliah, setiap hari selalu membuat list deadline yang harus dikerjakan. Hari ini harus selesai buat esai untuk apply 1 atau 2 national event. Besok deadline apply beasiswa atau lomba, misalnya. Selalu terburu-buru dan memaksa diri mampu menyelesaikan banyak deadline dalam sehari. Pada akhirnya memang selesai, namun selalu gagal dalam pemberitahuan hasil pengumuman. Dalam 1 minggu bisa selesai apply 5 atau bahkan 10 event. Terlalu mengedepankan kuantitas, kualitas tak tercapai.
Bahkan ketika mengerjakan skripsi, aku bisa sembari mengedit video. Aku seorang sarjana kesehatan masyarakat yang sama sekali tidak mengerti sepenuhnya backgroundku. Aku tertarik akan dunia politik, dunia fotografi, dunia per-youtubean, ekonomi investasi, psikologi, dan suka menulis. Tapi tak ada satupun yang bisa dikatakan ahli/expert dari semua ketertarikan tersebut.
Ketika mengerjakan sesuatu, dalam satu laptop aku mampu menghandle beberapa tab tab yang terbuka. Semenjak itu, aku menjadi seseorang yang tidak punya ciri khas. Semua pekerjaan bisa dilakukan sekaligus namun dengan hasil yang tidak memuaskan.
Mungkin ini bisa dikatakan multitasking, itu singkat cerita masa lalu.
Kemudian sekarang aku ingin mencoba menelusuri sedikit tentang multitasking. Dimulai dari pengertiannya, multitasking artinya menjalankan tugas ganda atau menjalankan lebib dari satu aktivitas dalam waktu yang sama. Misalnya makan sambil menonton youtube, mengerjakan tugas kantor sambil chattingan/main game, menelfon sambil menyetir. Kadang kita melakukannya tanpa sengaja bisa karena tuntutan pekerjaan.
Ketika aku membaca beberapa referensi artikel/opini di google yang tidak diketahui kebenarannya, lebih banyak memunculkan pengaruh buruk multitasking. Salah satunya mengurangi produktivitas, menimbulkan kecerobohan, membuat lebih stress, kelelahan berlebihan.
Di era yang serba cepat ini teknologi semakin tak kuasa di imbangi, kita memang dituntut untuk bekerja dengan cepat. Banyak orang beranggapan bahkan diriku sendiri juga, bahwa multitasking adalah sebuah skill atau kelebihan yang patut dibanggakan. Pendapat para ahli sains mengatakan, manusia membutuhkan waktu sekitar 25 menit untuk mengembalikan konsentrasi setelah diinterupsi. Dibutuhkan waktu sekitar 200 milidetik untuk berganti fokus melakukan hal yang berbeda. Dari pernyataan tersebut nampaknya multitasking mustahil dilakukan secara efektif.
Bahkan salah satu media online, situs berita yang beken, tirto.id menyimpulkan bahwa multitasking dengan media elektronik menyebabkan penuruann IQ sebanyak 10 poin. Ini lebih besar daripada mengisap ganja atau begadang.
Sedikit menyeramkan.
Tak sepenuhnya percaya pada semua keburukan multitasking yang ditampilkan di berbagai media, aku mencoba menerapkannya sendiri dan berfokus pada efek yang dihasilkan multitasking. Biasanya selama ini melakukan multitasking secara tak sadar namun kini ingin merasakan pengaruh dari tindakan tersebut pada alam sadar.
Di tempat kerja, aku mengangkat telfon dari setiap customer sambil menulis jurnal keseharianku. Aku mengangkat telfon sambil mengedit video di smartphone ku. Alhasil, ternyata tidak ada yang benar-benar produktif. Positifnya, beberapa pekerjaan cepat selesai namun dengan hasil yang tidak memuaskan. Semuanya setengah-setengah. Tidak totalitas.
Kemudian dengan case yang sedikit ringan. Aku menyantap indomi kesukaanku sambil menonton youtube. Alhasil, aku tidak benar-benar merasakan betapa lezatnya indomi tersebut. Esok harinya aku menyantap makananku dan menjauhkan smartphone. Aku mencoba untuk melakukan satu kegiatan saja yaitu menikmati makanku. Dan ternyata itu sangat nikmat. Aku betul-betul meresapi rasa dari setiap gigitan dimulut. Iya, sedikit hiperbola memang.
Kini aku sepakat bahwa multitasking bukanlah suatu kelebihan yang patut dibanggakan. Otak kita tidak mampu memusatkan perhatian pada lebih dari satu hal pada waktu yang sama. Akhirnya menemukan penyebab masalah/kegagalan yang ada pada diriku sendiri. Faktor penghambat kenapa tidak menunjukkan sisi terbaik dari diri sendiri.
Ternyata multitasking itu justru hal yang harus dihindari. Salah satunya ialah dengan fokus. Fokus mengerjakan satu tugas dalam satu waktu dan tidak terburu-buru. Lalu yang kedua ialah membuat jadwal/time table berdasarkan prioritas tugas. Semoga dengan demikian kita mampu menunjukkan versi terbaik dari pribadi kita masing-masing.
Bagaimana menurutmu?
Komentar