SUKSES? Slow But Sure….


Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya.
Kita bisa mendaki naik ke atas sebuah gunung tinggi dengan melangkahkan kaki satu demi satu.
            Dua kalimat tersebut bagi saya menjadi suatu acuan untuk tetap bersabar dalam setiap kegagalan demi mencapai sebuah kesuksesan. Faster better? Slow can be fast too! Slow is the new fast! Kalimat yang mungkin cukup membingungkan. Di dunia sekarang ini, sepertinya yang berhubungan dengan kata “slow” selalu dikonotasikan negative. Faktanya, gak semua yang berbau cepat, fast, instan, itu pasti bagus juga. Liat aja, makanan instan dan fast food justru jatuh ke dalam dosa dan pelanggaran-pelanggaran hukum. Liat juga, gimana anak muda yang pingin cepat-cepat dewasa dan merasakan seks justru jatuh ke dalam jerat dosa dan masalah. Biarpun tampak slow, tapi asalkan kita bergerak di waktu yang tepat, maka hasilnya pasti akan lebih maksimal. Dunia berubah demikian cepat. Apa yang ngetren hari ini, bisa dengan cepat terlihat kuno dan jadul beberapa tahun yang akan datang. Merek-merek yang top hari ini bisa aja kan ditinggalkan setelah muncul merk-merk baru yang lebih oke. Contoh kasusnya banyak banget. Dulu media sosial friendster oke banget, banyak anak muda punya kaunnya. Kini, mana ada anak muda pakai friendster. Uda tutup juga kali! Eranya udah berubah. Friendster udah punah, Facebook nongol dan rajai jejaring pertemanan di dunia maya. Yang pertama kali mempupolerkan adalah Alta Vista. Namun sayang, gak begitu lama, mbah google udah menguasai jagat maya soal mesin pencari.
            Coba deh kamu liat-liat lagi album foto kamu yang 10 tahun yang lalu. Keliatan jadul banget kan? Dijamin kamu bakal senyum-senyum sendiri mengingat betapa kunonya penampulan kamu dulu. Kenapa bisa keliatan jadul banget yah, padahal dulu terlihat keren and gaya abis. Karena dunia kita memang berubah dan terus berubah. Apa yang keren di zaman ini akan terlihat jadul beberapa tahun  mendatang. Demikian juga dengan pencapaian kita hari ini. Kita gak boleh terpaku dengan kesuksesan masa lalu hingga melupakan untuk jadi lebih baik di masa depan. Salah satu penyakit paling bahaya yang menjangkiti orang-orang sukses yaitu cepet puas diri. Menganggap diri udah paling hebat, paling sukses dan paling baik. Jika kita terpaku dengan kesuseksan masa lalu, maka gak butuh waktu lama bagi pesaing untuk mendahului dan mengambil alih posisi kita. Mirip Facebook yang menyalip Friendster. Jangan puas diri dan jangan pernah berhenti untuk  meningkatkan kualitas diri kita.
            Di zaman ini, banyak orang selalu berkata, “hidup adalah kompetesi.” Semua berlomba ingin jadi juara 1 (padahal cuma ada 1 juara pertama). Semua berlomba ingin jadi yang ter…., ingin melebihi yang lain, dll. Nggak selalu seburuk itu sih. Tapi, gak selalu baik juga. Karna yang terpenting bagi Tuhan adalah karakter. Tuhan gak tertarik siapa yang persembahannya paling banyak, tapi Ia peduli sama sikap hati kita saat memberi, misalnya. Karakter itu yang Tuhan cari. Ketika zaman ini kita dituntut buat jadi yang paling… atau yang ter…. pake hikmat Tuhan untuk itu. Jangan cuma jadi yang terbaik di satu kesempatan, tapi jadilah baik setiap waktu. Itu yang namanya karakter. Bukan saling mengalahkan, tapi saling menolong.
            Hari-hari ini semua dituntut serba cepat. Bahkan di era modern seperti ini cara instan jadi tren. Semua pun serba kilat, dari paket kilat sampai kursus kilat. Ini semua memicu orang cenderung nyepelein sebuah proses, padahal untuk sebuah kesuksesan ada yang namanya tahap demi tahap. Apa harapan terbesarmu? Saat ini kamu mungkin masih merasa jauh dari harapan dan impian itu. Never lose hope! Fokuslah pada langkah demi langkah menuju tujuan hidupmu itu. Meski kenyataan tampak berat, tapi saat kita punya iman, hati kita akan diperbarui dari hari ke hari. Jangan hanya berfikir yang penting kita bisa cepet sampe, termasuk dnegan pake cara instan yang gak berkenaan bagi Tuhan. Kita butuh iman dan sabar, sukacita dan kita butuh ketekunan dalam doa. Tuhan sering mengubah hidup kita dengan cepat, tapi bukan instan. So, jangan berharap karena kita udah bertobat, lalu kita ingin dapat harta berlimpah atau nilai-nilai kita tiba-tiba jadi perfect semua. Padahal, kita sendiri masi suka malas. Itu namanya mental instan. Yang terjadi adalah Ia akan membantu kita saat mau berusaha. Kapan waktuNya, we never know, tapi Ia mau, cepet pun Ia bisa. Pasti pada bingung bedanya instan dengan cepat apa ya haha, instan adalah segala sesuatu sudah disediakan oleh orang lain dan kita dapat langsung menggunakannya. Cepat merupakan segala sesuatu yang dikerjakan oleh diri sendiri tanpa bantuan orang lain dan sudah direncanakan sebelumnya.
            Menunggu sering kali lebih berat daripada bekerja. Gak mau nunggu waktu Tuhan sama aja dengan mengacaukan tujuan dan hidup kita sendiri. Sering kali mungkin kita akan sampe pada tahap kita bertanya-tanya, kenapa sih Tuhan gak mempercepat aja jawaban atau campur tangannya, padahal permintaanku ini kan baik. Tapi ternyata, bukanlah hak kita buat ngatur jadwalnya Tuhan. Perbuatan kita boleh aja keliatan baik, tapi kita tetep gak boleh mendikte Tuhan. Percaya deh, dalam setiap “penundaan” yang Ia lakukan, Dia pasti udah punya maksud tersendiri, yang jelas baik buat kita. Kita emang gak selalu musti tau persis apa maksudNya itu, tapi bagian kita adalah ngejalanin proses menunggu itu dengan taat dan sabar. So, lebih baik tunggu aja, gak usah buru-buru, dan berserah sama jadwalnya Tuhan. Semua pasti ada waktunya.
            Jangan terlalu ingin mendapatkan kesempatan yang sempurna, karena saat itulah kamu bisa kehilangan kesempatan yang tepat. Kesempatan bisa berarti sukses ato gagal. Gak ada gunanya cuma diem ngarepin segala sesuatu berubah. Kesempatan, kalo gak diambil, kita gak bakal tau apa yang bakal terjadi. Gak jarang, terlalu takut resiko juga berasal dari kurangnya iman. Kalo kita percaya Tuhan buka jalan, kalo emang kita enggak melanggar aturanNya dan bukan menggunakan hikmat kita sendiri, take that chance! Kalo ternyata kita salah, jadikan itu pelajaran. Atau kalo ternyata kita cuma disuruh menanam dan orang lain yang menuai, ya udah. Sebuah kata bijak berkata, “Belajarlah mengambil risiko. Kalo kamu berhasil, kamu bisa memimpin. Tapi, kalo kamu gagal, kamu bisa memandu.” Dalam tiap kesempatan ada risiko, dan di belakang setiap risiko ada kesempatan, so jangan ragu melulu yah!
            Dunia ini penuh dengan ketidaksabaran, semua pengen cepet, termasuk dalam hal memenuhi segala keinginan kita. Tapi aturan di surga berkata : sabar, semua ada waktunya. Dunia penuh balas dendam, kalau perlu ajakin teman satu kelurahan untuk member pelajaran pada seseorang. Aturan di dunia seolah-olah memberlakukan sikap-sikap seperti diatas sebagai kesalahan yang “diizinkan”, tapi aturan di surga berkata jelas : itu dosa.
            Kali ini, aku mau ngomongin tentang sesuatu yang mungkin agak bikin kamu jijik. Tentang muntah. Hmm, kamu pasti pernah muntah kan? Entah itu karena lagi sakit atau karena kamu orangnya suka mabuk-mabukan, maksudnya mbauk darat, mabuk laut, mabuk udara, atau mabuk habis naik roller coaster. Well, aku sih jarnag sakit (puji Tuhan) dan termasuk ngak mudah mabuk (puji Tuhan lagi), tapi aku pun tau banget rasanya muntah. Dan momen muntah yang paling nyebelin itu nggak lain adalah setelah makan, apalagi makan yang enak dan mahal. Iya, udah makan mahal-mahal. Eh gara-gara muntah, sia-sia deh, keluar lagi. Perut kembali kosong, rasa enak yang tadi dirasain pun ilang berganti rasa kecut di mulut akibat muntah.
            Kalo kita makan, pasti tujuan kita adalah supaya makanan itu bisa bikin kita kenyang dan member kita tenaga, kesehatan, atau kalau kamu kurus kering, bisa bikin badanmu lebih berisi. Semisal, kamu dikasi makan makanan yang enak-enak banget, tapi syaratnya satu : makanan itu Cuma boleh kamu kunyah, boleh di rasain bumbunya, tapi gak boleh ditelen, maukah kamu? Atau bayangin kamu setiap hari hanya dikasi makan permen karet deh. Apakah kamu bisa Kenyang, sehat, punya tenaga, atau bisa gemuk? Tentu aja nggak. Menurut CW Lewis, penulis Narnia itu, inilah gambaran dari sex before married. Seks tanpa ikatan pernikahan itu seperti makan tapi nggak ditelen, hanya dikunyah aja. Sepertinya emang enak, nggak ada komitmen, nggak perlu ribet ngurus izin nikah segala, tapi itu sia-sia. Kenapa? Ingatlah, tujuan dari seks bukan cuma kenikmatan, tapi juga reproduksi, keintiman, kenyamanan, dan kasih. Kalo kamu berfikir seks bukan cuma buat kenikmatan, gak aka nada suami istri yang bingung karena belum juga dikarunia anak kan? Saat seks dilakukan sebelum janji setia di hadapan gereja Tuhan, seks hanya akan jadi hiburan, tanpa komitmen yang menimbulkan ketenangan diantara kedua pihak. Nggak ada juga jaminan tanggung jawab dari satu sama lain. Akhirnya, semua serba gakl jelas dan gak tenang. Jelas, itu bukan kasih sejati karena kasih sejati itu nggak ada ketakutan.
            Beralih dari hal tersebut, seorang gembala disebuah gereja pernah bercerita tentang seorang remaja yang pegang peran dalam bertambahnya jiwa anak muda di tempat itu. Kok bisa? Kira-kira seperti apa remaja itu? Ternyata, dia orangnya sederhana aja, cara yang ia lakukan juga simple. Awalnya dia ngajak temen sekolahnya ikutan acara gereja. Terus mereka dating-dateng lagi dan lama-lama makin terlibat kegiatan di gereja itu. Akhirnya, mereka juga bawa temennya masing-masing. Anak ini udah jadi misionaris cuma dengan modal ngajak. Awalnya memang dia tuh deg-degan, takut ditolak, malu dibilang kuino, apalagi dia sendiri gak jago ngomong. Waktu ditanya apa kuncinya sehingga akhirnya dia berani, dia bilang: “Gak ada, yang penting coba dulu. Paling apes ditolak. Kalo kita gak ngajak, gimana mereka mau datang?” simple banget, tapi memang itulah yang harus kita lakukan.
            Tau gak, kebanyakan orang bikin keputusan untuk nerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat di masa remajanya. Di umur-umur itu jugalah keputusan buat melayani Tuhan secara full time, dibuat. WOW!! Jadu usia belasan taun itu bukan Cuma di pake hura-hura, begadang main game, online ato nyobain hal-hal yang bisa bikin rambut ortu berdiri. Ternyata ada keputusan dan tindakan luar biasa yang juga dibuat orang di masa remaja.
            Kita sama sekali gak harus jadi pengkhotbah, ahli teologi, atau pinter ngomong untuk bawa jiwa-jiwa. Kamu dan temen-temenmu hang out bareng, kamu tau apa yang lagi seru di omongin, yang jadi pergumulan, dan yang mereka harapin sebagai remaja. Mereka butuh Tuhan Yesus, tapi gak kenal siapa Dia. Orang gak bisa jadi percya tanpa denger dulu, orang gak mungkin denger kalo gak diberiatain, dan untuk beritain harus ada yang pergi nemuin mereka. Bukankah itu juga yang firman Tuhan katakana? Guys, jangan berpikir asal ada pastor atau pelayan gereja kita bersliwerab di sekolah atau di tempat nongkronganmu, pasti banyak anak di lingkungan kita bertobat. Justru mereka mungkin bakal keliatan aneh dan lebih mungkin ditolak. Kamulah yang ada disana, so kenapa gak dicoba? Coba ceritain arti Tuhan buatmu dan ajak mereka gabung. Kita gak tau apa yang bakal terjadi, tapi karena kamu yang ada disana, maka beritakanlah.
            Baiklah, saya akan menutup ini dengan kutipan dari John F Kennedy, presiden Amerika ke 35 “ketika kita bersyukur, jangan lupa bahwa cara terbaik menyatakannya bukanlah dengan kata-kata saja, tapi dengan menunjukkannya dalam perbuatan”. Semoga menginspirasi!
           
           
           
           
           

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ringkasan Buku “Mindset” Karya Carol S. Dweck

REVIEW BUKU GOBIND VASHDEV "Happiness Inside"