Review Film The Burning Season, Sebuah Film Perjuangan


Disini negeri kami. Tempat padi terhampar
Samuderanya kaya raya. Tanah kami subur tuan
Di negri permai ini. Berjuta rakyat bersimbah rugah
Anak buruh tak sekolah. Pemuda desa tak kerja
Mereka dirampas haknya, tergusur dan lapar
Bunda relakan darah juang kami tuk membebaskan rakyat

Minggu pagi ini aku memutuskan untuk berhenti dari segala kesibukan. Aku menginginkan waktu untuk sendiri. Aku ingin tidur sepanjang hari minggu ini, mengganti waktu lembur semalaman yang sibuk tak menentu. Tetapi saat aku terbangun dari tidurku, aku merasa “apa-apaan ini tidur terus, bukan sesuatu yang bermanfaat sekali, i must do something”. Tapi apa, badan ini terasa mager kalau kids zaman now bilang. Kalau aku nonton film pasti ujung-ujungnya ketiduran. Ah yasudahla, nonton saja pikirku. Jangan percuma aku mengcopy film “The Burning Season” ini semalam saat menjadi MC Kelas AntiKorupsi di Pelopor Muda Sabtu sore semalam. Dan ternyata saat aku menonton film ini, alurnya membuatku tak berhenti untuk mempercepat film ini, film ini tak mampu membuat mata ini terlelap lagi. Tak seperti yang kuduga awalnya. Keren sekali perjuangan seorang Chicco Mendes ini. Film ini membakar semangatku untuk terus berjuang mempertahankan kaum-kaum terpinggirkan, memperjuangkan kesejahteraan rakyat. Aku terharu sampai menangis.

Dan aku berfikir aku harus mereview film ini setelah menontonnya supaya banyak orang tahu mengenai sebuah perjuangan.

Film The Burning Seaso menceritakan tentang perjuangan sekelompok orang yang bergabung dalam Sarikat Pekerja Pedesaan. Mereka tergabung demi memperjuangkan lahan yang menjadi tempat tinggal dan mencari nafkah. Cerita ini bernagkat dari kisah nyata yang terjadi di Brazil terkait perebutan hutan karet. Gerakan ini diusung oleh seorang pribumi bernama Chicco Mendes, sekelompok pekerja ini merupakan masyarakat sipil yang melakukan gerakan sosial demi memperjuangkan kesejahteraan ekonomi. Sebagian besar penduduk di Xapuri, Brazil memiliki pekerjaan penyadap karet di hutan. Mendes dibesarkan dengan kehidupan yang tak layak, carut marut, dimana terjadi dominasi antara juragan dan kaum kapitalis. Adanya kecurangan penghitungan ketika transaksi dari penyadap karet yang menjual hasil panen kepada juragan yang mengurangi timbangan dan penyadap karet tidak bisa berbuat apa-apa. Selain itu juga di Xapuri ini ada pembatasan partisipasi masyarakat lewat organisasi. Dimana ketika ada orang yang berusaha mendirikan sarikat akan dibakar hidup-hidup oleh para pemegang kekuasaan (kapitalis).

Beberapa tahun kemudian, pembangunan mulai berjalan di Brazil. Rencana pembukaan hutan mulai meluas. Hal ini membuat ketakukan masyarakat di Hutan Amazon terampas mata pencahariannya, begitupun lahan tempat tinggalnya. Mulai dari sinilah seorang aktivis bernama Wilson Pinheiro membangkitkan semangat masyarakat agas bisa terlepas dari belenggu dominasi kaum kapitalis yang tidak ada habisnya. Dari retorika yang dikemukakan Wilson, tersontak Mendes yang kala itu sudah beranjak dewasa bersemangat untuk turut serta melakukan reformasi untuk daerahnya. Chico berasumsi bahwa untuk melakukan perubahan butuh pendidikan, sedangkan Wilson lebih mengutamakan organisasi. Selang tidak lama dari kepemimpinannya, Wilson ditembak dan membuat geger pengikutnya. Mulai terjadi kekacauan, satu per satu orang-orang yang terlibat di sarikat dipenjara. Masyarakat mulai dilemahkan dengan menutup akses sosial seperti menutup sekolah, rumah sakit, tidak adanya dokter dan obat-obatan. Ketika itu, ada seseorang yang menawarkan film maker dan mengajak Cicho untuk bermain didalamnya. Film ini mengisahkan tentang kerusakan Amazon dan usaha untuk menyelamatkannya.

Keadaan semakin memburuk, teror semakin terjadi dimana-mana. Chico berfikir untuk mencalonkan sebagai gubernur, karena dengan itu ia daoat melakukan perubahan. Tetapi harapan Cicho msunah, ketika ia hanya mendapatkan suara 10 %. Tapi, seorang film maker itu menawarkan Cicho untuk menerima penghargaan dari PBB terkait usahanya menyelamatkan hutan. Chico pun sadar akan pentingnya sebuah media. Hal ini dapat menyedot perhatian dunia., dia mengabarkan melalui meida bahwa telah terjadi pembantaian dikawasanya. Akhirnya pihak kapitalis yang berkuasa pun melakukan perundingan dengan Chico yang memakan waktu semalaman dirumahnya. Hasil perundingan itupin membawa dampak bagi warga, negara melindungi Chachoiera sepenunya, mengembalikan tanah ke penduduk. Hal ini membuat kemarahan pihak lain yang sempat berelasi dengan kaum kapitalis. Untuk membalaskan dendamnya, mereka menembak mati Chico. Kematian Chico telah menyadarkan dunia dan pemerintah memutuskan untuk menghentikan secara total pembebasan dan pembakaran hutan dan menmakan hutan hujan tropis di Brazil.

“Pada awalnya saya mengira saya berjuang untuk menyelamatkan pohon karet, maka kupikir aku sedang berjuang untuk menyelamatkan hutan hujan Amazon. Sekarang saya menyadari saya berjuang untuk kemanusiaan” (Chico Mendes)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ringkasan Buku “Mindset” Karya Carol S. Dweck

SINOPSIS BUKU SEGALA-GALANYA AMBYAR KARYA MARK MANSON