Bersyukur Menjadi Perempuan Indonesia
Bersyukur
menjadi perempuan Indonesia. Kaum perempuan Indonesia patutunya bersyukur bahwa
R.A. Kartini, Cut Nyak Dien, Martha Tiahhau, Dewi Sartika dan para pejuang
wanita lainnya yang lahir di Indonesia dan lebih dahulu ada ketimbang kita
semua. Melalui mereka, perempuan-perempuan Indonesia bisa berani bermimpi
menjadi wonder woman millenial.
Perempuan Indonesia seharusnya sadar bahwa semangat kartini tidak hanya
bertahan satu hari saja atau 21 April dan kemudian pudar di 364 hari lainnya. Hak
perempuan Indonesia adalah sederajat dengan pria, yang tidak hanya pada 21
April, tetapi sepanjang tahun. Itu bukanlah hak biasa melainkan hak istimewa. Beruntunglah
menjadi perempuan Indonesia. Perempuan Indonesia seharusnya mampu memberikan
kontribusi lebih dalam keterwakilan perempuan dalam pengambilan keputusan dan
pembuatan kebijakan pemerintah. Jangan memandang perempuan hanya terbatas di
ranah tertentu saja misalnya dalam ranah rumah tangga atau seputar persoalan
dapur. Perempuan adalah individu yang mandiri. Jangan beranggapan jika seorang
laki-laki tidak boleh menangis akan dianggap lemah. Dan jika perempuan
menangis, akan dipandang sebagai sesuatu hal yang biasa. Jangan beranggapan
seperti itu lagi. Perempuan adalah srikandi-srikandi hebat yang ikut berperan
dalam pembangunan. Dalam sejarah dan tradisi India, peran perempuan memang di
rendahkan. Disana, perempuan dilihat sebagai milik kaum pria. Hanya pria yang
dianggap sebagai mahkluk yang bijaksana. Karena itu, orang di India menganggap
perempuan harus di awasi oleh pria. Dalam tradisi Hindu di India, orang tua
yang mengawinkan seorang anak perempuan harus membayar uang cukup banyak,
mereka akan kehilangan muka jika tidak mampu menyediakan uang perkawinan. Karena
itu banyak keluarga disana, anak perempuan dilihat sebagai beban keuangan. Bahkan
disana sering terjadi pengguguran kandungan, jika diketahui anak yang dikandung
adalah perempuan. Banyak ibu yang menyusui anak laki-laki lebih lama daripada
anak perempuan. Jika satu keluarga memiliki banyak anak, maka pendidikan anak
laki-laki yang diutamakan. Dalam berita yang aku baca, Afganistan menjadi
negara yang paling berbahaya bagi para wanita, diikuti dengan Pakistan, India
dan Somalia. Perempuan Afganistan hidup sengsara dan hidup dibawah penderitaan.
Aku membaca sebuah kisah perempuan di Afganistan. Suatu ketika seorang
perempuan yang kehilangan suaminya karena peperangan di sana. Di Afganistan,
peperangan sangatlah sering terjadi disana. Mengakibatkan para ibu disana harus
mengalami menjadi seorang janda yang menyedihkan. Karena kaum pria sangat di
istimewakan disana, mengakibatkan kedudukan kaum perempuan disana sangat tak
ternilai. Akhirnya banyak janda disana, memilih untuk bunuh diri jika suaminya
telah meninggal dunia sebagai jalan terakhir hidupnya daripada merasakan
kesengsaraan menjadi seorang janda. Ditambah lagi, peraturan disana bahwa
seorang janda haruslah menikah dengan iparnya. Pemerintah disana katanya belum
memperhatikan kondisi itu. Dari kisah tersebut, bagaimana mungkin kita tak
bersykur menjadi perempuan Indonesia ? Mari kita bangkitkan kembali “Api-api
Kartini” yang dulu. Kita bisa, kita pasti mampu menjadi bagian barisan
terdepan. Perempuan harus mampu mewujudkan emansipasi!
Perempuan
yang cantik, yang bersuara merdu, bertubuh aduhai dan lebih bagus lagu kalau
berduit. Urusan kemampuan, kinerja dan integritasi soal belakangan. Itukah yang
kita sebut emansipasi ? Kita sebagai kaum hawa, tak seharusnya dipandang
menjadi objek. Seringkali kita diperlakukan menjadi objek politik, objek
kekerasan, objek seksual. Kita harus sadar. Seringkali saya menumpai ibu-ibu
mengatakan “Loh, anak cowok kenapa disuruh nyapu rumah, cuci piring, itu kan
kerjaan perempuan?”
Oh my God!
Sebegitu rendah kah status seorang perempuan? Sungguh perempuan
Indonesia memiliki potensi untuk memajukan bangsa ini. sebelum itu, terlebih
dahulu kita mengubah mindset kita. Kita memerlukan perlakuan yang adil dan
setara dengan laki-laki. Satu hal nyata yang bisa kita lakukan sebagai kaum
perempuan adalah mendidik generasi penerus yang berkualitas. Tidak hanya
memiliki kepandaian tapi juga kepekaan sosial. Ini bukan suatu hal yang sepele.
Semoga dengan peran aktif kita sebagai perempuan yang kritis dan berdaya, kita
bisa membawa perubahan bagi bangsa ini lebih baik lagi. Berkarya lah dalam
bentuk apapun. Dan tetaplah bersemangat karena dengan semangat itu, menjadi
perempuan Indonesia yang kreatif dan inovatif demi majunya bumi pertiwi.
Komentar