Makna Mendalam Buku 'Lahirnya Tragedi' Karya Nietzsche
Lahirnya tragedi (The Birth oh Tragedy) adalah buku pertama karya Friedrich Nietzsche. Judul lengkapnya adalah The Birth of Tragedy of The Spirit of Music.
Buku dengan sampul manusia berwarna merah telentang dalam keadaan terbalik.
Buku dengan kata pengantar 43 halaman oleh Michael Tanner.
Nietzsche? Bagi orang yang belajar filsafat, siapa yang tidak kenal Nietzsche dengan teori-teorinya yang kontroversial. Pencetus teori "Tuhan telah Mati" ini telah banyak disalahartikan orang-orang akan makna yang sebenarnya.
Pada saat membaca halaman pertama buku ini masih bisa dibawa nalar. Ehh semakin jauh membacanya, saya semakin ngawur membacanya. Entahlah otak saya yang tidak sampai atau bagaimana. Hingga saya mengeja beberapa bacaan dengan lantang agar saya bisa memahaminya. Buku ini sangat sulit dipahami. Saya dipaksa berfikir keras membacanya hingga menghabiskan 2 gelas kopi untuk begadang haha. Hingga selesai membaca buku ini, barulah saya tercengang karena endingnya. Dalam hati saya "Ohh jadi ini makna/pesan dibalik buku ini." Luar biasa ternyata.
Ini kalimat di akhir buku ini yang membuat pemikiranku terbuka :
"Tetapi pertimbangkan juga hal ini, orang asing menakjubkan : betapa banyak bangsa ini harus menderita agar menjadi begitu indah! Tetapi kini ikutlah aku, menuju tragedi dan melaksanakan upacara kurban bersamaku di kuil kedua dewata!"
Keren sekali, dapet inti bukunya.
Buku ini mengemukakan perbedaan antara semangat budaya Apollonian dan Dionysian. Menekankan mengapa kita dapat menikmati/memaknai seni tragis dan hubungan antara penderitaan hidup dengan seni (musik).
Sebelumnya kita ulik dulu asal-usul Appolonian dan Dionysius.
Appolonian dan Dionysius sama-sama anak dewa Zeus.
Appolo, yang sangat rupawan dikenal sebagai dewa matahari, dewa ilmu pengetahuan, dewa penyakit dan pengobatan, dewa musik.
Appolo, memiliki saudara kembar bernama Arthemis.
Appolo, dilahirkan oleh dewo yang bernama Letho.
Appolo, menjunjung tinggi mimpi dan idealisme, peradaban dan kebebasan.
Dionysius, dilahirkan oleh ibu yang bukan dewi, bernama Sumili (seseorang penjaga kuil dewa Zeus).
Dionysius, sosok yang berkharisma, dewa penghasil anggur, hawa nafsu, kekacauan, sekaligus dewa pembebasan dan pencipta harmoni.
Dionysius, dikenal suka mabum dalam kondisi ekstasis.
Dionysius, memaknai penderitaan hidup.
Perbedaannya bagaikan kehidupan dan kematian.
Masuklah ke fase Tragedi Yunani :
Dionysius pada saat itu memiliki kawan setia yaitu Satir (setengah manusia, setengah kambing). Sosok satir ini binal dan penuh hawa nafsu. Dion, memperlihatkan seninya dengan suara tragis (ritual) dan sayembara campuran nafsu dan kekejaman yang menjijikkan.
Appolonian mempertunjukkan keindahan estetika. Seni peran yang melahirkan tragedi. Misalnya, drama musikal. Seni peran yang mewarnai kehidupan manusia.
Bagi Nietzsche yang mencoba membedah kedua seni peran ini, menganggap bahwa musik adalah bentuk seni yang paling berarti baginya.
"Tanpa musik, hidup akan menjadi sebuah kesalahpahaman." - Nietzsche
Lahirnya tragedi berasal dari roh musik.
Dibuku ini Nietzsche memberikan 2 halaman kata pengantar kepada Richard Wagner, sahabatnya. Ia begitu mengagumi pandangan Wagner akan musik. Ia juga mempersembahkan buku tersebut pada Wagner.
Inti permasalahan yang sebenarnya dalam buku ini adalah tentang persoalan estetika Jerman yang sangat serius. Dualitas budaya yang berbeda berjalan berdampingan dalam pertentangan sengit saling mendorong mati-matian.
Nietzsche menunjukkan pemahaman karya-karya seni Dionysian dan Appolonian yang bertumbuh menjadi tragedi.
Ia juga memasukkan bagaimana pengaruh Sokrates dalam regenerasi seni. Ia menyebut Sokrates sebagai sang ironis sejati yang penuh teka-teki.
Pada akhir buku ini ditunjukkan bahwa Appolonian didalam sebuah tragedi melalui penipuannya telah merebut kemenangan tuntas atas esensi musik Dionysian. Namun dalam pengaruh keseluruhan tragedi Dionysian berkuasa sekali lagi. Demikianlah hubungan yang suliy antara kedua budaya didalam tragedi, sebenarnya dapat disimbolkan melalui ikatan persaudaraan antara 2 dewata.
Itulah akhirnya.
Tibalah kita pada makna/pesan buku ini :
- Kita belajar bahwa makna terdalam kehidupan ditemukan ketika kita dengan berambisi mengejar keteraturan hidup hidup dengan kegilaan yang memerdekakan, itulah yang menghadirkan kehidupan yang sepenuhnya.
- Memperlihatkan sebuah karya seni yang menghanyutkan manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan yang menyebabkan krisis dan sesat.
- Pemikiran tentang perpaduan budaya Appolonian dan Dionysian yang bertemu dalam tragedi Yunani yang melahirkan beragam seni. Menjelaskan 2 sisi bertentangan yang menciptakan keberlangsungan hidup.
- Tragedi yang merupakan simbol penderitaan yang membawa kesadaran tentang kehidupan.
" To Live is to suffer, to survive is to find some meaning in the suffering" - Nietzsche
- Tragedi/penderitaan yang mengajarkan kita untuk bisa merayakan kehidupan baik peristiwa bahagia/menderita, kita harus menerima keadaan-keadaan tersebut.
Komentar