Filsafat & Perempuan


Semua berawal dari hati yang patah.
Mencoba menyembuhkan luka dengan belajar.
Mengalihkan pikiran.
Menyibukkan diri dengan mencari kebijaksanaan lewat filsafat.

Akhir-akhir ini kuhabiskan waktu dengan mempelajarinya. Semakin menelusuri, semakin merasa tidak tahu banyak hal. Semakin menelusuri, semakin penasaran.
Aku bahkan tidak tidur seharian, seakan tidak ada hari esok untuk membacanya.
Terkadang terlalu menghukum diri.
Terkadang jika sudah lelah, aku menghibur diri dengan menonton drama korea atau bermain game cacing. Itupun karena arahan teman. Hal yang sangat kubenci namun sekarang aku telah melakukannya.

"Hidup itu harus dinikmati beb, jangan terus menyiksa diri dengan hal-hal berat nanti kamu stress sendiri" katanya.
"Huft, itu hanya membuang-buang waktu saja, tak ada ilmu didapat dari situ" jawabku

Saat aku mempelajarinya,
"Sebenarnya bumi itu bulat atau datar ya?"
"Siapa sih nenek moyang kita. Kalau jawabannya adam dan hawa, kenapa begitu banyak budaya yang membatasi relasi wanita dan lelaki? Bukankah toh dari nenek moyang yang sama?"
"Mengapa aku hidup?"
"Mau jadi apa aku ini nanti?"
"Apa sebenarnya esensi dari kehidupan itu sendiri?"
"Tuhan itu ada atau hanya ilusi?"

Tak cukup hanya sekedar membaca dan belajar dari youtube. Aku merasa harus diskusi. Dan ternyata...

"Kau ini bertanya tujuanmu apa?"
"Jika ingin mendalami lebih baik kuliah filsafat saja. Bisa atheis kau jika memahaminya setengah-setengah"
"Ini sudah larut, bisakah kau membahas yang ringan-ringan saja?"
"Kau ini sedang stress ya?"

Sepertinya ini epilog yang unfaedah.
Baik, itu hanya beberapa pergumulan.
Aku tak akan berhenti sampai disitu.

Filsafat mempelajari cara berfikir dalam hidup. Kalau secara etimologi kata filsafat berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata Philos "cinta" dan Shopia "kebijaksanaan" yang berarti pencinta/pencari kebijaksanaan.
"Kebijaksanaan", ini yang membuatku tertarik.

Aku, seorang yang menyukai pembahasan tentang kehidupan, psikologi kepribadian, dan motivasi tentu memaksaku menemukan hal-hal tersebut didalamnya.
Namun ternyata sangat kompleks setelah mempelajari filsafat.

Awal kemunculan filsafat ini pun banyak menampilkan data yang berbeda. Kita sering mendengar Masehi dan Sebelum Masehi. Fyi, awal tahun masehi merujuk pada tahun kelahiran Isa Almasih atau Yesus Kristus sedangkan sebelum masehi merujuk pada masa sebelum tahun tersebut.

Filsafat dimulai pada abas ke-6 SM yaitu Filsafat Yunani Klasik. Filsuf pada masa itu Thales, Anaximandres, Phytagoras, Heraclitus, Rene Descartes, Parmenides, Democritus. Lanjut pada abad pertengahan yang mengkaji filsafat dan agama yaitu Filsafat Barat. Yang terkenal pada masanya filsuf Thomas Aquinas. Pada abad ke 16-19 muncul filsafat abad modern yang menentang dominasi gereja (filsuf John Locke, Auguste Comte, Rene Descartes, Immanuel Kant, Karx Marx, Nietzsche). Nietzsche, aku menyukai pemahaman dia tentang nihilisme, namun tak sependapat. Ambigu memang hha. Pada abad ini disebut juga masa Renaissance dan Humanisme. Hingga pada abad 20 sampai sekarang ini yaitu filsafat kontemporer (Postmodernisme). Pada era ini terkenal dengan filsafat feminisme, eksistensialisme.

Pembahasan mengenai masa-masa revolusi industri 1.0 hingga kini 4.0. Pemahaman beragam ideologi (liberalisme, komunisme, sosialisme, fasisme, kapitalisme, dan lainnya). Alasan mengapa kita bekerja normalnya 7-8 jam sehari pun punya sejarah kelam pada zaman dulu, perkembangan kapitalisme industri di AS dan negara-negara Eropa Barat yang dimulai pada abad 19.

Intinya semua hal yang terjadi pada bumi ini punya filosofi tersendiri.

Sungguh kejam kehidupan pada masa lalu. Wajah perbudakan, perdagangan manusia, kerja paksa, perkawinan paksa. Namun hal itu belum hilang sepenuhnya pada zaman modern ini. Korban perdagangan, korban pemaksaan terbukti dengan kasus perbudakan terbaru kini dialami tenaga ABK Indonesia di Kapal Cina. Bahkan perbudakan seks pada perempuan masih kerap terjadi.

Dari sejumlah deretan nama-nama filsuf, mengapa kebanyakan laki-laki semua. Yakin tidak ada filsuf perempuan? Aku penasaran dan mencaritahu.

Berbicara tentang perempuan, sedari dulu sudah tersudutkan dibanding laki-laki. Dalam berkeluarga saja, memiliki harapan besar jika yang lahir anak laki-laki bukan perempuan. Dulu, tak ada perempuan yang menjadi seorang pemimpin. Perempuan dianggap tidak memiliki kemampuan yang sepada dengan laki-laki. Kaum perempuan sangat termarjinalkan, kalau bahasa kaum aktivis hha. Kalau kata Hipocrates (Bapak kedokteran Yunani Kuno) "wanita itu penyakit".

Dalam kutipan para filsuf laki-laki seperti yang aku sebutkan sebelumnya lain lagi dengan Plato, Aristoteles, Immanuel Kant, Frederich Nietzsche, begitu banyak sindirian terhadap kaum perempuan.

Perempuan, yang sejatinya hamil, melahirkan dan menyusui. Dengan lekuk tubuh yang gemulai, desahan dan harus taat pada lelaki seakan perempuan hanya sebagai objek belaka. Perempuan sebagai budak. Pada agama islam, berbicara tentang imam shalat, pernahkah perempuan pada posisi tersebut? Nampaknya tidak.

Setelah mencaritahu, ada beberapa nama filsuf perempuan yang aku temukan. Hypatia, Simone de Beauvoir, Hannah Arendt, Hilda Oakeley dan masih banyak lainnya. Aku rasa nama-nama ini masih terdengar asing. Adalah fakta filsuf perempuan kurang dikenal. Apakah karena minimnya perempuan yang bergerak pada abad sejarah filsafat atau karena patriarka terhadap kaum perempuan?

Dari nama-nama filsuf perempuan, aku tertarik dengan filsuf perempuan pertama yaitu Hypatia. Tanggal persis kelahiran dan kematiannya sampai sekarang masih belum diketahui bahkan raut wajahnya sekarang yang terlihat diinternet hanya digambarkan berdasarkan dugaan dan bayangan para pelukis zaman dulu. Tak ada yang tahu persis bagaimana sosok Hypatia secara fisik. Ia dikenal sebagai penganut filsafat Neoplatonis. Ia seorang wanita ahli matematika dan astronomi. Sejarah mengenalnya sebagai seorang filsuf yang mati mengenaskan. Ia dibunuh karena kecerdasan akan penelitian ilmiahnya. Aku seakan tak sangguh menuliskan kronologi kematiannya yang begitu miris dan menyayat hati. Sungguh tak berprikemanusiaan.

Dari berbagai peristiwa yang terjadi pada kaum perempuan menimbulkan perlawanan gender. Gerakan feminisme membakuhantamkan stigma negatif terhadap kaum perempuan. Perjuangan dan perlawanan perempuan terus bergerak hingga oada abad ke-21 sekarang ini. Perempuan meluluhlantahkan peraturan kuno dan pandangan yang kaum terhadap mereka.

Pada zaman filsafat modern, semakin banyak ditemukan filsuf perempuan sebagai tokoh penggerak feminisme. Menyuarakan kesetaraan gender, gerakan untuk keadilan perempuan. Kita bisa ingat kembali, Indonesia memiliki R A  Kartini tokoh emansipasi wanita yang mendukung gerakan feminisme. Jasanya yang sangat besar dan sangat terasa oleh wanita Indonesia. Karenanya, wanita tak hanya mengurus rumah tangga saja, mengasuh anak, atau harus tinggal dirumah tetapi sudah setara dengan pria. Hingga sekarang banyak bermunculan Kartini "Zaman Now" sebagai simbol pelopor kebangkitan emansipasi wanita.

Perempuan bukanlah sekedar untuk pemandangan.
Perempuan tangguh luar dalam.
Perempuan memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki untuk berkarya.
Perempuan punya modal kuat untuk menjadi pemimpin negara bukan semata menjadi objek bercinta.

Bukankah begitu?



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ringkasan Buku “Mindset” Karya Carol S. Dweck

SINOPSIS BUKU SEGALA-GALANYA AMBYAR KARYA MARK MANSON