Merantaulah, Lihatlah Dunia | Dinamika Hidup Jakarta
"Kalau sudah lulus kuliah, aku akan jadi seorang entreprenur. Aku akan menciptakan lapangan kerja"
"Aku tidak ingin bekerja di office from 8-17, jadi budak corporate"
"Aku akan bekerja sesuai passion"
Realita.....?
Ibukota bukanlah kota yang aku idam-idamkan. Sama sekali tak terpikirkan akan menetap disini. Mindsetku, ibu kota memang semuanya ada disana namun aku belum siap meninggalkan kenyamanan di kampung halaman.
Saat mahasiswa, aku berhasil mewujudkan apa yang ingin ku raih. Keliling ke luar kota karena lolos national event, menjuarai beberapa lomba, menjadi finalis dalam ajang pemilihan duta, menyabet beberapa beasiswa, gabung dalam beberapa komunitas dan organisasi. Selalu sibuk dan menjadi idealis.
Setelah lulus, menjadi volunteer di salah satu NGO. Aku bekerja sesuai passion, aku bebas memilih harus melakukan pekerjaan seperti apa. Tentunya semua dibarengi dengan kerja keras dan ambisi untuk selalu berkarya. Semua pencapaian tidak ada yang berjalan mulus. Semakin berusaha, semakin gagal, semakin ditantang. Dan alhasil setiap kegagalan yang aku alami membawaku menuju keberhasilan.
Setelah merasa berhasil, setelah mendapat apa yang aku inginkan. Aku berhasil mewujudkan mimpiku untuk jalan jalan ke tempat yang aku inginkan.
Kemudian aku berekspektasi untuk mendapat yang lebih lagi dalam perencanaan hidup kedepan.
"Oke, sekarang cukup sudah aku menjaga idealis. Aku harus realistis. Ternyata passionku tak mampu menjaga kebutuhan hidupku. Percuma begini terus. Materi memang bukan segalanya namun kalau begini terus aku tidak akan bebas secara finansial".
Setelah beralih ke ibu kota.
Aku mulai sadar.
Aku pikir aku sudah berada di jalan yang membuatku berkembang.
Aku pikir selama ini bersibuk ria, berkegiatan dari pagi ke pagi adalah hal yang produktif.
Aku pikir aku sudah keluar dari zona nyaman.
Aku pikir aku sudah cukup berkarya.
Aku pikir aku sudah cukup menginspirasi.
Ternyata semua SALAH
( Don't be Busy. Just be Productive! )
*fashback*
- AGUSTUS 2019 -
I do travelling. Aku merencanakan liburan sepuas mungkin sebelum menjajaki ibukota. Awalnya aku hanya berpura-pura mencari pekerjaan ke ibukota alih-alih membahagiakan orangtua agar lepas dari beban finansial. Sembari liburan, aku apply beberapa loker via online. Tak lama mencari, aku langsung dapat panggilan interview
"Wah, semudah ini mendapat pekerjaan di Jakarta. Kebetulan lusa adalah menang jadwal keberangkatanku ke Jakarta. Tepat sekali besoknya langsung interview".
Perasaan bahagia namun tidak ikhlas. Akan bekerja di salah satu NGO di Jakarta. The Nature Conservancy (Yayasan Konservasi Alam Nusantara). Yang terbayang di benakku, bisa jalan-jalan sambil melakukan kegiatan konservasi alam.
Setelah interview, dinyatakan lolos dan akan segera mengikuti training. Ternyata aku akan menjadi seorang fundriser di NGO tersebut, kata kasarnya seperti "sales" :''')
Dalam hati, yaudah la ya jalani aja dulu. Untuk menjadi sukses tidak ada yang instan. Gapapa jalani dari bawah dulu.
4 hari training aku memutuskan untuk bertahan dan resign dari pekerjaan sebelumnya di Medan. Aku benar-benar tidak profesional. Resign tanpa pamit :')
Semakin hari semakin mengenal tugas fundriser di TNC, semakin khawatir pula. Aku harus mencari donatur sebanyak mungkin agar aku mendapat gaji. Tidak mendapat donatur tidak mendapat gaji :')
Perasaan minder selalu nenghiasi hari-hariku. Mahal-mahal sekolah S1 ujungnya jadi sales. Dulu sangat memandang rendah pekerjaan ini. Dan sekarang aku menjalaninya sendiri :)
Ohiya aku belum jelasin makna pekerjaan fundriser. Fundriser itu sama dengan penggalangan dana. Proses pengumpulan kontribusi secara sukarela dalam bentuk uang dengan meminta sumbangan dari individu.
Istilah-istilah how to stop people, closing, body language, handling objection, strong communication, five steps nodding, public speaking semakin diasah disini. Training di TNC patut aku acungkan jempol. Masih banyak pelajaran lainnya aku dapat di NGO ini. Jangan heran, people come and go disini. Tiap hari bisa ada perekrutan dan tidak hal yang heran juga banyak yang resign. Aku akui, orang orang didalamnya semua adalah orang orang yang positif. Tetapi tuntutan kerja dengan gaji yang tidak jelas menimbulkan kekhawatiran semua mitra. Btw, kami bukan disebut pegawai/staff/karyawan disini tapi hanya mitra.
2 minggu bertahan di TNC aku berhasil mendapat 2 donatur. Tidak mudah. Bekerja 6 hari dalam seminggu. 7 jam dalam sehari. Bekerja di mall. Berdiri sampai kaki merasa pegal. Tentu kami ada jatah break, dengan syarat harus mengganti baju PDH atau pakai jacket agar tidak terlihat dari instansi mana. Mungkin ini wujud profesionalitas NGO dalam menjaga citra.
Kalian pernah ke gramedia atau ke mall terus ada yang menawarkanmu untuk donasi?
Iya aku juga pernah. Dan sekarang aku berada di posisi itu. Dulu sempat pengen kerja sebagai fundriser karena melihat senior teman aku bisa jalan jalan keluar kota bahkan keluar negeri karena menjadi fundriser. Tapi ini berbeda :)
Ada banyak suka duka mesku dalam waktu singkat di TNC. Ini pula yang mengajarkanku kerasnya ibu kota. Bekerja di mall, aku harus mencari cara untuk mendapat makan yang murah. Aku pernah makan di parkiran mobil sambil menyantap bekalku dari rumah. Karena di mall sangat sulit mendapat tempat duduk untuk makan :) setidaknya kamu harus memesan minuman untuk sekedar duduk saja. Aku pernah makan diam-diam di salah satu franchise tanpa memesan menu. Orang-orang di sekelilingku melihat dengan heran dan sinis. Bahkan temanku mengatakan ini adalah perbuatan yang sangat konyol dan gila. Aku makan bekalku secara diam-diam di salah satu tempat makan di mall itu. Bahkan temanku yang menemaniku tidak jadi menyantap bekalnya karena tidak berani, selalu di perhatikan orang-orang. Untung saja aku tidak di usir haha. Makan sekali sehari itu udah sangat bersyukur sekali rasanya.
Kantor TNC berdekatan dengan kantor GoJek. Aku berjalan sambil mengamati style karyawan gojek yang sungguh sangat berbeda, terlihat hits dan kekinian banget. Mereka bisa duduk di cafe sambil bekerja dengan macbook mereka. Aku merasa butiran debu haha.
2 minggu bertahan, dalam 2 minggu itu pula aku sembari mengantar lamaran kerja. Via online sudah tidak di gubris lagi. Setiap mendapat shift pagi, aku memanfaatkannya disitu. Kesempatan untuk mengantar lamaran.
Setelah me list beberapa RS terbaik di Jakarta, dengan semangat membara aku melengkapi semua berkas lamaranku dalam sebuah amplop kuning satu per satu.
Busway adalah transportasi andalanku kemana-mana demi menghemat. Sekali perjalanan hanya Rp 3.500 saja. Berjam-jam di busway sambil berdiri. Pernah suatu ketika, aku merasa pusing saat berjalan di JPO dan tiba tiba aku merasa mual dan muntah. Saat itu sore hari dan aku belum makan sedari pagi. Aku kelelahan dan masuk angin. Tak sanggup melanjutkan perjalanan, aku duduk lesehan di jembatan sambil menangis. Ibarat seperti orang yang gila.
Aku merasa beban hidupku sangat berat dalam mencari kerja dengan gaji yang jelas dan tetap. Aku tahu keluargaku bisa menolongku. Tapi aku sungguh merasa malu jika mereka tahu aku gagal disini. Aku harus buktikan bahwa aku bisa bertahan hidup di perantauan ibu kota. Aku harus mandiri dan tangguh.
Tak melulu merasa hidup paling menderita aku terus bangkit. Setiap hari mengantar lamaran kesana kemari. Jarak 1 KM pun aku tempuh berjalan kaki dengan keuangan yang sangat tipis.
Setelah selesai mengantar lamaran ke belasan RS di Jakarta. Kemudian aku mengajak temanku untuk sama-sama mengantar lamaran ke beberapa perusahaan konstruksi. Memang bukan bidangku melamar sebagai HSE namun apa salahnya mencoba. Namun alhasil perjalanan kami berakhir dengan sia-sia. 7 perusahaan kami apply hanya 1 yang bisa drop CV haha. Lucu sekali rasanya. Zaman sekarang memang teknologi sudah semakin canggih. Sudah tidak zaman mengantar lamaran langsung. Semua bisa diakses via email. Kami sadar, betapa konyolnya kami :') melewati panasnya cuaca, berjalan kaki dari perusahaan ke perusahaan lainnya.
Sungguh, masa ini adalah fase terberat dalam hidupku. Aku pikir masalah skripsi ku dulu adalah hal terberat dalam hidup ternyata proses pencarian kerja lebih berat. Ibu kota benar-benar lebih keras daripada ibukota. Itu bukan mitos :)
-SEPTEMBER 2019-
Ketika selesai briefing di TNC. Aku menerima telfon untuk tes psikotes di salah satu Rumah Sakit di Jakarta. Bahagiaku bercampur dengan kepanikan. Bahagiaku, aku mendapat panggilan. Hari demi hari, mulai dari tes psikotes, interview dan medical check up aku lewati. Berulang kali aku minta reschedule jadwal shift kerja demi melaluinya, agar aku bisa mengikuti proses seleksi tersebut. Tak lama kemudian aku dinyatakan lolos seleksi dan langsung bisa bekerja. Senang sekali rasanya. Meskipun tak sesuai passion, setidaknya aku bekerja di tempat yang gaji tetap dan sudah pasti.
Lalu bagaimana dengan TNC ?
Iya aku harus resign lagi :')
Beberapa kali diskusi dengan leaderku untuk membuat sebuah keputusan ini. Aku tahu dia sudah cukup mengajariku untuk bertahan dan tetap kuat. Tapi aku harus memilih. Aku tak mungkin bekerja di 2 tempat yang sama-sama punya jadwal dinas shift.
Mungkin aku salah satu seorang yang beruntung. Tak lama berjuang di ibukota aku langsung mendapatkan pekerjaan. Tentu aku harus mensyukurinya. Bekerja di RS aku harus merubah penampilanku untuk sedikit feminim. Aku harus mulai dari nol lagi berjuang ditempat yang baru. Tak jarang aku menangis didalam toilet secara diam diam. Tidak semua berjalan dengan baik dan mulus.
Masalah pencarian kerja, masalah keluarga dan masalah behel bercampur saat itu membuatku stress. Perasaan sedih, hampa dan kesepian selalu menemani. Sungguh, ini adalah fase terberat dalam hidupku. Aku pikir skripsi adalah hal terberatku ternyata proses pencarian kerja di ibukota lebih berat. Ibu kota benar benar lebih keras daripada ibu tiri. Itu bukan mitos :')
Rasanya, ini benar-benar keluar dari zona nyaman. Kesedihan jauh merantau tidak bisa dielakkan. Berpura-pura berusaha menghilangkan rasa sedih dengan bersenang-senang dengan teman. Membuat diri sendiri tertawa terpingkal pingkal hingga mengeluarkan air mata. Tidak ada yang menyangka itu air mata kebahagiaan atau justru kesedihan. Pulang adalah keinginan terbesar saat itu. Pulang bertemu orangtua, adik dan kakak, menikmati kebersamaan.
Di Jakarta, aku mengalami cultural shock. Mengajarkanku bertahan dalam kerasnya hidup. Menyadarkanku, pencapaianku selama ini belum seberapa. Aku harus berjuang dari NOL tanpa melihat prestasi atau pencapaian masa lalu. Disini aku merasakan KEMUNDURAN HIDUP. Tak lagi berpatokan pada pekerjaan sesuai passion namun pekerjaan apa pun itu yang penting halal dan aku punya gaji yang tetap.
Merantau ke Jakarta mengajarku banyak hal :
1. Belajar bersabar
Kemacetan Jakarta benar benar bisa merusak mood setiap hari. Jangan heran tujuanmu yang berjarak 500 meter bisa ditempuh dalam waktu 30 menit atau bahkan 1 jam. Jadi harus benar benar bisa menahan emosi.
2. Jangan berharap bisa menikmati udara bersih
Jakarta merupakan tingkat polusinya yang cukup tinggi. Kita harus mampu proteksi diri sendiri dari semua hal-hal yang membuatmu sakit. Kalau sakit dan tidak bisa bekerja, emangnya mau gajimu di potong ? :')
3. Jakarta itu orang-orangnya individualis
Jangan heran, kalau di busway semua akan acuh tak acuh. Semua fokus pada ponsel masing masing dan ada pula yang berpura pura tidur agar bangkunya tidak di ambil oleh orang orang prioritas :') Jakarta adalah tempat people with money oriented dan workaholic. Tujuan orang ke Jakarta untuk bekerja cari duit dari pagi ke malam. Pekerjaan udah cukup buat diri sendiri pusing, konon lagi mengurusi hidup orang lain. Jadi harus jadi pribadi yang tangguh dan tahu diri dan mampu beradaptasi.
4. Makanannya mungkin kurang cocok bagi lidah orang medan/batak wkwk
Mungkin orang medan/batak sudah terkenal suka makanan yang pedas pedas dan banyak. Ketika sampai di Jakarta, selera makanmu mungkin banyak yang tidak cocok. Siap siap rindu makanan kampung halaman :)
5. Siapkan mental dan fisik sebaik baiknya
Kalau di Medan, akses kemana-mana sangat mudah. Beda halnya dengan Jakarta. Kau harus jalan menuju halte busway dan menyebrangi JPO yang sangat panjang. Mungkin di Medan dengan sesuka hati bisa menyebrangi jalan, namun tidak pada Jakarta. Kau harus lebih sering berjalan kaki. Namun jika kamu punya banyak money, tidak salah jika memilih transportasi online akan lebih efektif. Tapi milih mana? Uang cepat habis atau keringat bercucuran? :')
6. Jakarta itu bukan tempat orang malas
Kondisi Jakarta yang semrawut, macet, mau nyebrang susah, arah jalan yang membingungkan. Kamu harus lebih cekatan dan bijaksana. Kalau malu bertanya, siap siap jalan jalan tanpa tujuan. Kalau malas cari kerja, yakin mau jadi parasit bagi orang lain terus? Rezeki itu dijemput bukan datang sendiri.
7. Jakarta itu kamu bisa sukses bisa pula hancur
Jakarta memang kota menjanjikan segala mimpi namun juga bisa menjadi mimpi buruk bagi yang tidak siap. Segala fasilitas apapun ada di Jakarta, bar, hotel mewah, mall, wisata akan membuat mu tergoda. Hal hal yang membuatmu rusak sangatlah muda juga. Mau rusak atau sukses, kita pribadi sendiri yang tentukan. Kalau kamu adalah tipe yang mudah tergoda dan dihasut, jangan sesekali mencoba! Kerja keras. Nanti gaya hidup nyaman akan datang sendiri.
8. Jangan memilih pekerjaan. Bekerja harus sesuai passion?
Kalau terus mengejar pekerjaan sesuai passion dan gak dapat-dapat? Yakin mau tetap bertahan dengan mindset seperti itu? Kerja apapun banyak di Jakarta. Tak terbatas. Memang bekerja sesuai passion memberikan kepuasan dan kebahagiaan tersendiri tapi kalau passionmu belum tentu gajinya besar gimana? Belum tentu memenuhi kebutuhan hidup yang tinggi. Apapun itu hajar aja! Its okay sekarang tak sesuai passion, akan ada saatnya kok kamu mengejar impian pekerjaanmu. Hanya masalah waktu dan lagi lagi bersabar tapi terus berjuang.
9. If you can survive this city, you can survive anywhere
Tentu kalimat ini bukan dariku pribadi, aku mendapatkannya dari sebuah artikel. Masih banyak pengalaman berharga yang aku dapat di ibukota ini. Tetap menjadi pribadi yang mensyukuri keadaan adalah salah satu tips bahagia. Ingat aja, bapak ibumu menunggu di kampung halaman disaat natal, tahun baru, lebaran :''''''')
10. ENJOY AJA. NOTHING IS EASY IN THIS WORLD BUT NOTHING IS IMPOSSIBLE
Keep on fire 🔥
Semoga ini menjadi tulisan yang bermanfaat dan menginspirasi :)
Komentar