It's okay to be a depressed!

Setiap orang pasti punya cita-cita, passion, harapan ataupun mimpi. Ada yang punya cita-cita ataupun mimpinya yang berbeda setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, setiap tahun.

Well, thats okay selagi mimpi itu gratis gak ada masalah. Ada yang udah sukses deluan dengan mimpinya, ada yang masih sedang berjuang, ada yang mungkin bahkan taktau apa impinya apa cita-citanya, mencari jati diri sendiri, dan ada pula yang memilih untuk berhenti sejenak mengejar mimpi.

Disini aku bakal sedikit nyamain defenisi mimpi dengan cita-cita. Terserahlah ya ini kan tulisan aku, opini aku, bebas mau berpendapat gimana.

Loh, judulnya depresi tapi kok bahas mimpi atau cita-cita? Lalu yang nulis sedang depresi, gitu? Bodoh banget ya nampaknya, depresi kok bilang-bilang, ngebuat diri sendiri keliatan begok, pesimis, gak punya semangat dan motivasi. Ternyata kita perlu juga baca buku dari Mark Manson yang berjudul “Sebuah Seni untuk Bersikap BODO AMAT”. Ok, this is not about books’s review.

Pernah gak kalian semakin naik semester diperkuliahan, semakin kamu sadar bahwa kamu salah jurusan? Apakah kalian yang berusia 20-an dan sampai sekarang belum nemuin jati diri sendiri? Mau kuliah aja susah, boro-boro mau lanjutin kuliah keluar negeri. Cari kerja susah amat susah. Semakin hari semakin tua semakin banyak nemuin masalah. Mungkin kadang ngebayangin di waktu kecil dulu belum sekolah enak banget kayaknya yaa, hidup itu kayaknya gak ada masalah sedikitpun.
Yah ini tulisan ini mengenai mimpi dan pencarian jati diri sendiri dan juga bersikap bodo amat untuk menjadi depresi. Its okay to be a depressed! Itu hal yang wajar. 

Aku sedang bilang kalau aku sedang depresi, bodo amat. Aku sudah 22 tahun dan belum jadi apa-apa belum ngasilin gaji tetap, bodo amat. Aku belum sesukses mereka diluar sana ada yang uda jadi model, uda kerja di perusahaan sana sini, ada yang nyaleg, ada yang mengabdi di daerah pelosok sana, ada yang uda jadi penulis, ada yang lanjutin S2 keluar negeri, ada yang udah berbisnis besar dan sukses, ada yang udah jadi dokter, dan aku belum jadi apa-apa? yah bodoo amat.

Aku pernah ngalamin pas dikampus sedang jaya-jayanya dulu. Banyak prestasi dan sering pergi keluar kota menjadi delegasi kampus, sampai ada yang bilang menginspirasi dan panutan. Mungkin orang ngeliat hasilnya doang gak liat proses. Mereka gak tau isi hati terdalam ini, yang kenyataannya penuh dengan depresi. Tapi hal itu gak bisa kita ungkapin ke orang lain. Aku kadang merasa “aku kan pengen jadi panutan, jadi aku ga boleh lemah, gak boleh pesimis, gak boleh nunjukin ke orang lain kalau aku sedang depresi dengan diriku sendiri”. Harus terlihat kuat didepan orang lain, apa yang kita ceritain ke orang lain untuk nyemangatin mereka berarti harus berawal dari diri sendiri dulu. Padahal kenyataannya?

Terus sekarang udah tamat kuliah. Kayak ngerasa “Oke now what’s next? Aku harus jadi apa, aku harus ngelakuin apa? Fokus dan passion aku dimana?” semasa kuliah semua bidang organisasi diikutin bahkan semuanya lari dari jurusan. Egoisme dan keserakahan saat itu akibatnya sekarang.

Mungkin inilah alasan kenapa para public figure atau artis-artis diluar sana banyak yang bunuh diri disaat lagi tenar-tenarnya, banyak yang tetiba depresi dan hampir gila. Ketika derajat kamu makin tinggi, goyahan angin yang menerpa akan semakin tinggi pula. Kita para netizen bahkan gaktau kalau mereka sudah lama ngerasa sesakit itu tapi dipendam karena dia adalah public figure.

Di sekitar kita, hal hal seperti ini atau bisa dikatakan mengenai kesehatan mental itu kurang diperdulikan. Kurangnya perhatian mengenai kesehatan mental dan kejiwaan. Tapi ini bukan berarti kayak masalah-masalah yang di rsj. Haters misalnya. Ketika kamu adalah orang yang selalu tampil didepan umm, influencer social media, semua hal tentang diri kamu bakal jadi bahan perbincangan, bahkan mulai dari penampilan fisik sampai ke hal-hal privacy kalian jadi bahan gosipan. “eh kamu gendutan ya, eh itu alis kamu ga seimbang ya, ih pipi kamu tembem ya, eh coba deh pake produk ini biar kamu ga jerawatan”. Case yang tentu beda banget kayak di luar negri yang kamu gak mandi sekalipun, rambut kamu gak disisir yang orang-orang ga bakal peduli, ya bodo amat. Untung aja sekarang, untuk kasus ngebully penampilan fisik seseorang uda ada hukumannya tersendiri. Sounds great!

Untuk mengakui diri sendiri sedang depresi sekalipun, ya bodo amat.

Jangan salah persepsi dengan bodo amat. Bukan berarti untuk menjadi pengangguran, bersikap bodo amat juga. Bukan itu maksudnya. Ibarat memilih merk hp nih ya. Kamu mau milih beli hp buatan cina atau iphone. Tujuannya sama, untuk ngebantu komunikasi dan lain lain. Tapi apakah kamu bakal maksain diri untuk beli iphone untuk ketenaran untuk terlihat keren padahal duit lo minim? Yah bodo amat mau dikatain norak atau ga ngikutin zaman mending beli yang semampu kita aja. Bersikap bodo amat itu pilihan.

Okay, let’s talk about the final topic!

Memang berat untuk tidak ngebandingin diri kita dengan orang lain, apalagi orang yang lebih tinggi/sukses daripada kita. Ketika kita stagnan/pencapaian kita jalan ditempat sedang orang lain udah jauh didepan kita. Lalu lambat laun kita semakin kehilangan arah dan menjadi depresi. Kita bertengkar dengan diri kita sendiri dan menjadi tidak bersyukur. Yah ini reminder untuk diri aku sendiri juga untuk mulai bersikap bodo amat dan it’s okay to be a depressed! Well, dengan cara mengatasinya adalah  keep working! Bodo amat kata orang kita masih disini-sini aja. Inilah proses kita menuju pencarian jati diri. Inilah prosesnya untuk menjadi sukses. Nasib dan garis tangan tiap orang beda-beda toh. Dia udah punya kerjaan menetap dan mungkin ada dari kita masih sedang bergumul dengan perskripsian. It’s fine, bodo amat apa kata orang. Ada yang tiap bulan pergi keluar negeri jalan jalan dan kita masih aja mencari kerja yang tuk kunjung-kunjung dapat. It’s fine, bodo amat kata orang.

Kuncinya adalah selagi kita keep working jangan pernah berhenti mencari terus mencari terus bertindak, that’s good i think. Jangan berhenti, bodo amat yang kamu lakuin itu berguna apa enggak, berpenghasilan atau enggak, semua pasti ada manfaatnya. Lakuin apa yang kamu suka, sekecil apapun itu, mau terlihat bodoh atau engga, menjadi berbeda tak selalu buruk.
Syukurilah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ringkasan Buku “Mindset” Karya Carol S. Dweck

SINOPSIS BUKU SEGALA-GALANYA AMBYAR KARYA MARK MANSON