Akankah Kita Seperti Ini Tua Nanti ?


Di waktu ku masih kecil
Gembira nan senang
Tiada duka kukenang
Tak kunjung menyerang
Di sore hari nan sepi
Ibu ku berlutut
Turut berdoa ku dengar
Namaku disebut
Di doa ibu namaku disebut
Di doa ibu ku dengar
Ada namaku disebut

Lagu ini selalu membuat air mata berlinang saat menyanyikannya.
Perjalananku hari ini cukup kuat mengingatkanku pada orangtua ku. Hari ini adalah hari libur nasional, memperingati Nabi Muhammad SAW. Komunitas Sant'Egidio setiap jumat, tepat hari ini, melakukan kunjungan kasih ke opa oma yang ada di panti jompo karya kasih. Sekaligus juga merayakan "cities for life", perayaan lilin yang bertujuan untuk penolakan hukuman mati.
Ini adalah first time buat aku untuk ikut dalam kegiatan ini.

Oke aku cerita tentang 'cities for life' aja dulu ya, jadi perayaan ini di awali berdoa dulu kemudian menyalakan lilin, dalam rangka menolak hukuman mati. Agama katolik sangat tidak setuju dengan adanya hukuman mati. Memang pasti banyak pro dan kontra. Mungkin temen-temen yang baca blog ini ada yang setuju ada pula yang tidak setuju. Awalnya aku juga orang yang sangat setuju dilakukan hukuman mati bagi orang-orang terbukti bersalah. Misalnya dia korupsi sekian milyar, pengedar narkoba, atau kasus lainnya, nah orang seperti itu harus dihukum mati terutama para koruptor Indonesia. Aku sangat geram melihat tingkah tingkah para koruptor terutama yang sedang viralnya saat ini adalah kasus SN. Oke kita tidak akan bahas ini lebih jauh lagi ya hehe.

Jadi kenapa menolak hukuman mati ?
Karena kita didunia ini sangat tidak diajarkan untuk menghukum orang mati. Biarlah itu menjadi kendali yang diatas. Kita tak pantas menghakimi, membunuh. Kita bukan penguasa kehidupan.
Aku pernah dengar kasus begini, dia divonis dihukum mati hari ini padahal esok harinya dia terbukti tidak bersalah. Oh c'mon, bagaimana ini menurutmu men? Manusiawi kah ?
Dan buat orang-orang yang benar benar bersalah dan dihukum mati. Apakah sebagai sesama manusia kita pantas menentukan akhir hidup orang yang bersalah ?
Apa tidak ada cara lain. Ya mungkin beberapa mengatakan. "ya, karena tidak ada cara lain lah maka dibuat hukuman mati. Ya, karna si penjahat tidak kapok-kapok dengan perbuatan jahatnya, selalu terulang-ulang kejahatan yang sama"
Ya oke kamu mungkin berpendapat demikian. Tapi kembali lagi, apa setiap manusia berhak menentukan akhir hidup sesama manusia ?

It's depends on you. Setiap manusia punya pendapat yang berbeda-beda, right?

Itu dulu mengenai cities for life.
Sebenarnya inti blog ku adalah mau menceritakan tentang kisah di panti jompo. Jadi, panti jompo karya kasih ini sudah cukup bagus dari segi pelayanan dan tempat. Panti ini memang milik katolik tapi tidak menutup kemungkinan untuk mewadahi para lansia-lansia yang beragama lain. Ada juga di dalamnya buddha, hindu, protestan. Aku tidak tahu berapa jumlah para lansia di panti ini. Yah lumayan banyak lah dengan bangunan yang mempunyai 3 tingkat ini. Untuk biaya per bulan juga ada yang 3jtaan. Aku baru tau sih kalo panti jompo ada yang semahal itu. Bagiku itu uda mahal juga sih.

Jadi ini pertama kali aku ketempat ini bersama Komunitas Sant'Egidio. Hari ini tepat pukul 3 sore. Meskipun di landa hujan, tak menutup semangat kami untuk melakukan doa bersama para lansia-lansia atau opa oma yang ada di panti. Kebetulan hari ini juga ada acara kunjungan dari OMK di panti ini. Jadi kami harus menunggu mereka selesai dulu barulah kami mengajak para opa oma untuk berdoa. Kami harus membantu membawa opa oma dari tempat aula menuju ruang doa. Mereka harus di tuntun karena ada yang menggunakan kursi roda, ada yg jalannya sudah bungkuk jadi harus di tuntun.

Selesai berdoa, kami menyalakan lilin untuk merayakan hari penolakan hukuman mati atau yang kami sebut cities for life tadi. Setelah itu barulah kami membantu untuk membawa opa oma ke ruangan nya. Karena saat itu mati lampu karna hujan, ruangan cukup gelap, kami menunda untuk membawa opa oma ke kamarnya masing-masing. Disinilah aku berbincang-bincang mengenai kehidupan para opa oma bagaimana. Aku bertemu dengan oppung yang jalannya sudah susah karena sudah tua tapi tidak memakai kursi roda. Opung ini selalu berbicara dan mengeluh dengan menggunakan bahasa batak. Ia selalu menganggap panti jompo ini adalah rumah buatan dia sendiri. Ia selalu kepingin bekerja, ingin memperbaiki lampu padahal karena mati lampu bukan karena rusak. Mendapat info dari suster yang merawat di panti itu, kata beliau oppung ini sudah hampir saja gila. Ia selalu keluar panti, jalan terus entah kemana. Makanya sampai kakinya sakit-sakitan ia belum di beri kursi roda karna jika pakai kursi roda, ia akan bebas pergi kesana kemari. Ia tak pernah berhenti berjalan katanya dan kalau pulang ia selalu membawa sesuatu benda yang diambilnya entah dari mana.

Pada pukul 5 sore adalah waktunya bagi para opa oma untuk makan. Disini juga aku memanfaatkan untuk mendengar cerita dari mereka.
Saat makan, ada beberapa opa oma yang makannya harus disuapin karena kata suster jika makan sendiri opa oma, ada yang sampai 3 kali sendok sudah mengatakan kenyang dan tidak mau makan lagi padahal alasannya karena malas menyuapkan makanannya sendiri. Jadi harus disuapin oleh suster atau perawat disana supaya mereka banyak makan. Aku sangat terharu ketika melihat suster yang menyuapi opa oma makan. Sesekali juga aku bergantian dengan suster, untuk menyuapi mereka makan. Aku berfikir dalam hati "bagaimana ya keadaan ibu di kampung sana". Apakah jika tua nanti, harus disuapi makan juga.

Sembari aku melempar tanya kepada para opa oma disana. Kenapa mau tinggal di panti ini. Ada yang menjawab karena keinginan hatinya sendiri, ia tidak mau merepotkan anaknya dirumah karena sudah tua, tidak bisa berbuat apa apa lagi malah semakin merepotkan. Ada juga yang menjawab, dibawa anaknya secara terpaksa ke panti. Menurutku ini benar benar kejam.

Ada kisah seorang oma, begini. Ia tinggal di Jakarta. Anaknya cuma 1 dan telah disekolahkan sukses. Setelah anaknya menikah, dan ibunya ini sakit-sakitan, sudah tua, dirumah tidak bisa membantu, dan sangat tidak diperhatikan oleh anaknya sendiri karena kesibukan anaknya bekerja. Ibunya kerjanya cuman tidur, makan, BAB ditempat sembarangan, kalau makan piring sering jatuh hingga pecah. Sehingga anaknya tidak tahan lagi, memutuskan untuk membawa ibunya kepanti jompo karna kerjanya hanya nyusahin dan sering bertengkar dengan suaminya karena perilaku ibunya. Bagaimana menurut anda ? :)

Pun begitu dengan kisah ibu yang lain, anaknya ada banyak dan sukses semua tapi ketika ibunya sudah tua. Satupun tidak ada yang mau merawat karena disibukkan dengan pekerjaan anaknya.

Tapi ada juga kisah lain, ada nenek juga yang kebetulan orang karo. Ia sudah lama ingin tinggal di panti kalau sudah tua. Ia sudah banyak mendengar cerita tentang perilaku seorang anak jika ibunya tua. Sehingga ia akan merasakan hal yang serupa, jadi ia telah mempersiapkan hari tua nya.

Tetapi satu hal yang aku simpulkan dari pendapat mereka mengenai "SEORANG ANAK" yang menyebabkan mereka tinggal di sebuah panti jompo. 'Jika kelak seorang ibu sudah tua dan menyusahkan, jika kelak seorang anak akan sukses, gila harta, gila kerja. Seorang anak akan mengabaikan orangtuanya, yang membesarkan nya, yang membuat anak sukses'. Itulah yang ada di persepsi mereka.

Bayangin aja, kita sebagai anak, ibu yang mengandung selama 9 bulan, merawat kita dari kecil hingga sukses. Pada waktu bayi, kita merengek, kita BAB sembarangan, pipis tibatiba, makan belepotan, pengen beli ini itu, bakal nangis atau ngulah kalo permintaan kita kalau gak di turuti, mereka banting tulang hingga penyakitan demi menyekolahkan kita. Lah KITA ?

Disaat kita sukses, punya pekerjaan. Dan disaat itu pula orangtua kita semakin menua, sakit-sakitan. Sadar gak, disaat orangtua menua, orangtua akan kembali seperti kekanak-kanakan, seperti anak kecil. Ketika semua kemampuannya semakin melemah, tubuh dan otaknya semakin menurun. Mereka tak sekuat saat merawat kita dulunya lagi.

Mampukah kita membalas budi mereka saat kita beralih posisi seperti mereka?
Disaat orangtua kita menua, sakit-sakitan. Untuk memberi makan, menyuapinya saja terkadang kita sedikit melontarkan amarah, kata-kata kasar.

Jujur, aku menangis saat menuliskan blog ini. Aku menulis ini sekaligus sebagai peringatan terhadap diriku sendiri. Sudahkah aku demikian?
Memang saat ini aku tidak bisa berada disamping ibuku ayahku. Aku hanya bisa menelepon ibu setiap hari untuk menghilangkan kesepiannya. Aku tak bosan-bosan menanyakannya, "udah makan mak? Lagi ngapain mak? Tadi mama masak apa". Memang sedikit basa-basi dan terlihat tidak penting. Ibuku hanya seorang diri di kampung. Masa kecilku sudah terbiasa dengan broken home. Semua anak-anak ibuku merantau semua. Aku yakin ia sangat kesepian. Meskipun ibu selalu mematikan ponselnya tibatiba kalau tidak ada hal penting yang mau dibicarakan saat bertelepon.

Tapi aku berjanji pada diriku sendiri. Aku tidak boleh membuat ibu menangis. Tidak boleh melukai hatinya. Memang aku tidak tau apakah aku akan setia menemaninya saat tua nanti jika aku sudah bekerja. Tetapi aku tidak akan membawa ibu ke panti jompo itu. TIDAK AKAN.

Panti jompo karya kasih itu memang terbilang sangat bagus pelayanannya. Setelah aku sharing-sharing bersama teman dan membaca beberapa artikel. Ternyata ada banyak diluar sana panti jompo yang tidak layak huni. Kalau panti yang aku kunjungi ini kan mesti dibayar. Lalu bagaimana panti jompo pemerintah?  Yang bersifar negeri. Untuk para lansia yang tidak bayar masuknya, terkadang orangtua yang terlantar dijalan dimasukkan kesana tanpa bayar sepeserpun. Apakah mereka merasakan pelayanan seperti VIP ? Tentu enggak. Aku pernah baca artikel, ada panti jompo yang ruangannya tak layak huni, banyak binatang-binatang kecil tergeletak dimana-mana. Banyak kotoran kotoran. Makan juga gajelas. Nah ini kita gatau gimana kondisi nya sesungguhnya.

Dan fakta ironisnya mengenai kisah para opa oma di panti jompo juga yaitu bahkan ADA nenek/kakek yang sampai meninggal di panti jompo dan tidak ada yang melawat atau menjemput maaf kata, mayatnya untuk diambil. Miris bukan ?
Ada juga para lansia yang tidak pernah dijenguk oleh saudaranya hingga ia penyakitan di panti jompo, bahkan hanya setelah meninggal dan diambil mayatnya saja.

Tentu kita dapat pelajaran ya dari kisah-kisah diatas. Saya dari Komunitas Sant'Egidio, mungkin ada teman-teman yang menganggap ngapain sih kepanti jompo, gadak guna nya juga, kayak gak ada kerjaan aja kesana.
Saya sungguh tersentuh saat pertama kali kesini. Saya bersyukur bisa tahu tentang tempat ini lebih dalam lagi, sehingga saya bisa membagikannya di blog ini dan teman-teman juga jadi tahu bagi yang belum pernah juga.

Saya apresiasi juga buat para orang-orang yang mengadakan bakti sosial, sesekali mengunjungi panti jompo. Karena saat komunitas saya mengunjungi tempat ini ada juga komunitas atau orang lain yang mengunjungi tempat yang sama.

Kita ke panti jompo memang gak ngasih apa- apa dalam bentuk konkret. Kita cuma dengar cerita mereka, menemani mereka, menghibur mereka. Dan memang itulah yang mereka butuhkan. Mereka ga butuh sesuatu dalam bentuk barang dari kita.

Aku ada cerita juga, saat aku mengantar seorang nenek sampai ketempat tidur nya menemani beliau dari makan hingga mau tidur. Saat aku beranjak ingin pergi pulang, nenek itu berkata "mau kemana inang? Bukannya katanya tadi tinggal disini ? Temani lah opung disini, tidur disini. Satu malam aja" . Opung tersebut hampir menangis saat aku bersikeras untuk pergi. Aku juga hampir meneteskan air mata. Bagaimana aku menemani oppung ini, aku juga besok ada kegiatan. Akhirnya aku memeluk dan mencium opung itu dan beranjak pergi dan berjanji minggu depan setiap hari jumat aku akan kembali kesini.
Sebelumnya opung itu bertanya dimana tinggalku. Aku mengatakan disini pung, di medan juga. Tapi ibu itu menganggap aku tidur di panti jompo juga.

Aku juga bersyukur mengenal dan bergabung di komunitas ini. Komunitas ini menjadi wadah buat ngelakuin pelayanan berbagi kasih ke panti jompo. Dan hal baik lainnya juga, kegiatan ini ga stuck sekali aja gitu dilaksanain. Kegiatan ini BERKELANJUTAN. Setiap hari jumat tiap minggu kita terjun langsung mendengar cerita-cerita para opa/oma di panti jompo. Sebenarnya opa/oma itu panggilan yang dibuat dari komunitas aja. Kalau uda di sana panggil opung, nenek, kakek juga bisa. Hanya saja mungkin karna kebetulan di panti itu banyak chinese nya.

Itu aja sih pengalaman yang aku bagikan hari ini. Semoga kita dapat memetik buah pelajaran dari kisah ini. Mohon maaf jika ada kata-kata yang salah atau tidak berkenan. Namanya manusia yaa, tidak luput dari kesalahan hehe.

Ini ada quotes-quotes dari mbah gugel hehe.

"Impian yang menjadi nyata itu ada disetiap senyuman dan binar yang kau tinggalkan di bola mata mereka.
Bukan pada masa depan,yang dirimu sendiripun masih butuh tangan takdir untuk meraihnya. Lukislah pelangi itu sebelum kanvas usia mereka habis dilukis senja".

Berbaktilah pada orang tua selagi mereka ada. Karena saat mereka tiada, sungguh, hanya sesal yang ada.

Ada banyak momen yang kukira mustahil kulalui dalam hidup, yang membuatku tertegun dan berpikir, “Jika aku bisa, pasti karena doa ibu dan ayahku".

Semoga bermanfaat ya :)







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ringkasan Buku “Mindset” Karya Carol S. Dweck

REVIEW BUKU GOBIND VASHDEV "Happiness Inside"