#1
Kegagalan adalah awal dari keberhasilan. Proses pencapaian hidup tak lekang tanpa usaha dan kerja keras. Maju ? Sukses ? Cicipi dahulu pahitnya kehidupan. Yakinlah kesuksesan menunggumu didepan - Lucia
Terbangun di pagi buta. Aku segera mengecek ponselku. Disitu aku melihat hal yang menginsipirasiku. Aku bergegas menyalakan laptop sambil memutar lagu westlife kesukaanku dan melakukan sesuatu yang telah lama aku tinggalkan . I come back. I’m writing.
Dalam dua minggu situasi UAS di kampus, tidak setiap hari jadwal ujian ada. Dalam satu minggu aku mempunyai empat hari waktu kosong. Yeah it’s better than jadwal perkuliahan dengan kegiatan organisasi yang padat. Disaat seperti itu aku ingin sekali punya waktu sehari bisa tidur seharian tanpa ada gangguan, beban. Now, I have it. Apa yang ku lakukan setelah aku mendapatkannya? I can’t sleep even just for an hour. What should I do ? Pikiranku tak bisa diam. Pikiran yang bercabang-cabang. Apakah aku harus belajar untuk ujian dua hari lagi ? Apa aku harus menonton film romantic barat yang aku suka ? Apa aku harus bergila-ria dengan social media ku? Apa aku harus melanjutkan tulisanku yang sungguh lama vakum ? And do you know what I do ? Aku memilih untuk menonton film romantic di laptop tua ku. Laptop tua kun an malang yang akhirnya pulih. Ya sebelumnya laptop yang aku gunakan menulis sekarang ini sudah lama rusak, aku malas untuk memperbaikinya, terlalu sering rusak. Laptop ini berat, harus di charge if you wanna use it, tidak seperti yang aku inginkan. Aku ingin sekali mempunya notebook mungil yang bisa dibawa kemana-mana supaya aku bisa menulis setiap hari. Inilah yang membuatku tidak semangat untuk menulis. Sejak SMP aku sudah sangat menyukai menulis. Saat SMP dulu aku punya satu buku yang khusus tempat tulisan pantun-pantun dan puisiku. Haha aku flashback ini ceritanya. Kalau di ingat-ingat, membuatku geli tertawa. Iya dulu aku punya banyak buku rahasia. Yep diary. Dulu aku juga rajin menulis diary because I think if I write everything that makes me mess, I feel relax. Buku harian, buku pantun, dan buku puisi. Aku sering menulis ketiga itu. Tapi sekarang kebiasan itu hilang. Saat SMP aku selalu menjadi orang nomor satu dikelas. Tidak menyombongkan diri, memang begitu faktanya. Kalau pelajaran bahasa Indonesia tentang puisi, aku selalu jagonya. Apalagi saat aku membacakan puisi. Tau kenapa selalu nomor satu ? Maybe karna aku tinggal dikampung, siswanya juga sedikit. Tidak ada persaingan yang begitu ketat. Beda dengan masa SMA ku yang menyuramkan, selalu terbelakang. Ya, sekarang posisiku di salah satu kota besar tidak dikampung lagi. Saat SMA nilai akademisku sangat jelek, organisasi yang kau ikuti juga ujung-ujung nya aku tinggalkan, kegiatan bersosialisasi dengan teman sekelas juga tidak terjalin sama sekali. Aku berubah total. Aku menjadi seorang gadis kampung yang berantakan, gadis bodoh dengan karakter yang pendiam. Mungkin ini namanya yang dikatakan beradaptasi. Untungnya keadaan itu tidak berlangsung terus menerus. Di setiap kenaikan kelas, semakin hari aku semakin punya banyak teman ya walaupun nilai akademisnya masih stabil. Aku tidak punya sahabat sekelas tapi aku punya banyak sahabat dikelas lain. Aku selalu merasa tidak nyaman dengan teman sekelas. Tapi semakin hari juga ada perubahan aku punya sahabat dikelas sendiri dan nilai akademis ku meningkat. Sound’s better. Meningkat bukan berarti jadi nomor satu dikelas yah ahaha , meningkat dari yang terbelakang menjadi posisi di tengah. Dan saat akhir SMA yang menggemparkan, ketika pengumuman lulus SBMPTN, tidak disangka-sangka aku bisa lulus pilihan kedua ku, FKM USU. Ya jurusan ini memang bukan yang aku inginkan. Aku juga bingung aku pingin dimana dan seharusnya dimana. Sejak kecil cita-citaku selalu berganti-ganti. Mulai dari pengennya jadi polwan, pengen jurusan HI, psikologi, ilmu gizi, kedokteran, hingga sekarang jatuhnya di kesehatan masyarakat. Tapi aku sangat bersyukur. Hal yang mengejutkan, dimana seorang perempuan yang bodoh, kudet dan lemot bisa lulus ptn pada akhirnya.
Sekarang aku sudah menduduki semester 5, yah dipenghujung semester 5 tepatnya. Kalau dibayangkan, tak terasa ya semua berlalu dengan cepat. Oke kembali ke awal cerita haha. Disaat aku memilih untuk menonton film drama romantic tersebut. Aku merasa seperti ada panggilan. Kenapa ? Yang awalnya aku kira film itu adalah film barat yang romantic akan percintaannya, tetapi malah menceritakan tentang percintaan seorang penulis. Aku merasa dipanggil untuk melanjutkan menulis. Tapi nyatanya belommmm, aku belum memulai menulis. Hingga esok harinya pikiranku kembali terguncang dengan pendapat-pendapat yang berbeda. Aku ingin menjadi seorang penulis. Tapi menulis apa ? Aku ingin karyaku bisa di publish, di bukukan, dijual di took-toko buku. Aku termasuk orang yang selalu berkhayal akan mimpi besar. Aku bingung ingin membuat karya tulisan seperti apa. Novel kah ? kisah hidupku kah? Kiat-kiat mengenai suat hal kah ? atau apalah itu. Aku punya banyak mimpi yang ingin aku raih. Aku tidak suka mengikuti perkembangan zaman, yang notabene mahasiswa di kampusku gila-gila hits. Makan ditempat mewah, hangout ketempat-tempat yang lagi hits, memakai pakaian hits, dan bermakeup ria. Aku tidak suka hal itu. Yah aku masih primitive. Dan memang aku tidak sanggup untuk melakukan hal-hal seperti itu. Sejak masa perkuliahanku ini aku lebih suka untuk mengikuti kegiatan organisasi, aku suka mengikuti banyak perlombaan meskipun tidak selalu menang, mengikuti event-event yang mendukung bahkan samapai keluar kota dan keluar negri aku ingin meraihnya. Aku ingin sekali jadi sorang pemudi yang produktif, totalitas, inovatif dan kreatif. Aku ingin jadi seorang anak muda yang punya skill banyak. Aku ingin punya segudang prestasi yang membanggakan. Aku orang yang tidak bisa selalu santai. Terkadang jika melihat social media, instagram ku , aku iri melihat teman-teman lama ku ada yang sudah mendapat gaji dengan pekerjaannya, ada yang menjadi model, ada yang dengan mudahnya bepergian keluar-negeri, ada yang sukses dengan segudang prestasinya, mereka semua terlihat bahagia dan jelas masa depannya. Aku ingin seperti mereka. Aku ingin sukses di usia muda. Saat SMA dulu aku sangat suka membaca buku-buku motivasi, aku paling suka baca buku David J Swarts tentang befikir dan berjiwa besar. Dirumah, aku punya banyak koleksi buku motivasi. Hingga dulunya aku pernah ingin menjadi seorang motivator. Itulah yang selalu mengajarkanku untuk selalu berfikir maju berfikir kedepan akan jadi seperti apa nantinya. Bicara mengenai kegiatan organisasi dikampus, aku sangat bersyukur untuk memilih mengikuti hal seperti ini. Dengan berorganisasi, aku punya banyak teman, aku belajar bagaimana memecahkan suatu masalah, belajar menjadi seorang pemimpin, belajar beradaptasi. Aku selalu khawatir mengenai hardskill. Mungkin aku sudah punya beberapa jiwa softskill tapi aku merasa belum puas tanpa hardskill. Belum ada sesuatu hal yang bisa ku perbuat apalagi zaman sekarang zaman teknologi semakin canggih. Aku belum bisa menguasai keahlian-keahlian di bidang teknologi, seni, olahraga atau apapun itu yang bisa menjadi investasi masa depan. Aku ingin seperti Merry Riana, Cinta Laura, Maudy Ayunda, dan Sry Mulyani sosok yang aku idam-idamkan. Aku mau belajar tapi belajar itu sepertinya tidak bisa tanpa financial.
Berbicara sedikit mengenai financial, aku ingin menceritakan kekecewaanku.
Awal tahun 2017 ini merupakan awal buruk yang ku hadapi. Tapi ambil sisi positifnya saja, aku diberi cobaan supaya menguatkanku, belajar untuk ikhlas, belajar untuk lebih teliti dan tidak ceroboh, intinya. Tahun baru ini aku tidak merayakannya dengan keluargaku. Aku berada di Jakarta menjaga kakak kandungku yang sedang operasi. Tidak ada acara maaf-maafan sekeluarga, tidak ada kembang api, tidak ada ucapan selamat tahun baru pada saat malam tahun baru itu. Kami tertidur lelap di rumah sakit. Biasanya tahun baru sebelumnya kami merayakan tahun baru berempat, aku, mama, adik, dan abang. Aku anak ke lima dari enam bersaudara. Kakak pertamaku yang sedang operasi menetap di Depok, kakak kedua yang berprofesi dokter menetap dikampung, tidak jauh jaraknya dengan rumah dan saudara kandungku ketiga yaitu abang yang berprofesi polisi menetap di Jakarta. Ketiganya sudah menikah. Tinggal abangku yang masih pengangguran, aku dan adik yang sedang menduduki akhir SMA nya yang belum menikah. Keluarga kami keluarga yang biasa-biasa, keluarga yang cuek, tidak begitu harmonis. Kalau aku pulang kerumah, tidak ada pernah ada perubahan, hanya ada kesunyian, masing-masing sibuk dengan kesibukannya, tidak pernah bercanda ria ataupun jalan-jalan bersama. Mamaku seorang single parent. Jika telah berakhir masa liburan, mama selalu sendirian dirumah. Abang satu lagi yang sama sekali tidak bisa diharapkan apa-apa. Kerjanya selalu menghabiskan uang, bermain siang sampai malam. Ketiga saudaraku yang telah memiliki keluarga sendiri tak begitu menjalin hubungan baik dengan kami, saudara-saudaranya. Setelah menikah, ketiga saudaraku tersebut seakan tak mengenal keluarga asalnya lagi. Tak terjalin hubungan baik sama sekali. Aku merasa tidak punya kakak seorang dokter yang bisa belajar mengenai dunia kedokteran begitu pula dengan saudara lainnya. Sangat disayangkan bukan. itulah kenapa jika acara malam tahun baru kami selalu berempat. Harapannya saudaraku yang telah menikah bisa bergabung bersama kami, tapi mungkin itu takkan terjadi.
Aku tidak terlalu mengeluh dengan kondisi seperti ini. Sudah terbiasa. Jadi tahun baru 2017 ini disisi lain aku bersyukur aku masih bisa menginjakkan kaki di ibu kota walaupun tidak berlibur. Tapi terkadang air mata ini jatuh dengan mudahnya, terkadang aku lelah fisik dan mental. Kakakku yang pertama ini karakternya keras dan disiplin. Aku harus bisa ini itu, kalau tidak aku kena semburannya. Semburan itu yang aku tak tahan menghadapinya. Empat hari berada di Jakarta aku merasa ingin cepat-cepat pulang. Aku ingin cepat-cepat kuliah. Dan sukurlah aku bisa cepat pulang akhirnya.
Itu belum kekecewaan yang ingin aku ceritakan.
Aku gemar mencari informasi mengenai event-event yang membangun. Bulan desember saat itu, aku melihat ada acara di Malaysia. Ada proses seleksi dan harus membayar payment sekian juta. Aku mengabaikan mengenai biayanya. Dengan semangat aku mendaftar acara tersebut. Dan aku gagal. Sedikit sedih dan kecewa, panitia acara tersebut memotivasiku dan mengajak ku untuk kembali mengulang mendaftar dan mencobanya lagi dengan hal yang berbeda. Aku melakukannya, aku melakukan pendaftaran dan mengisi proses seleksi dengan sungguh-sungguh totalitas. Seminggu kemudian aku dinyatakan lulus. That’s amazing, finally I can’t go abroad to Malaysia, I think. Kemudian aku melihat ada acara di Jogja, aku juga mendaftarkan diri mengikutinya. Sama halnya dengan ke Malaysia, acara ke Jogja juga ada seleksi yang ketak dan butuh biaya. Kebetulan juga aku ada acara bakti social dikampus, aku sebagai wakil ketuanya dan butuh biaya juga untuk acara ini. Oke first, acara ke Malaysia awal Februari butuh biaya sekian juta, baksos akhir Januari biaya ratusan ribu, acara ke Jogja awal Maret butuh sekain juta. Untuk acara ke Malaysia aku ada masalah di paspor dan dana juga. Aku udah berusaha mengurus semua hal yang menghambat tersebut. But the big problem is mamaku ga setuju aku berangkat kesana, kakak ku juga demikian. Aku di marahi mereka. Masalah paspor juga tidak kelar-kelar sampai mau deadline, dana juga belum terkumpul semua. Aku uda menanyakan solusinya sampai ke dosen PA, ke senior, ke beberapa teman juga. Aku bingung sekali. Aku berdoa pad Tuhan supaya diberi petunjuk dan jalan. Berulang kali aku berdoa ke Velangkani. Teman-teman ada yang mengatakan kalau memang gasanggup mengikuti, gausa diikuti. Teman lain juga ada yang mengatakan sayang sekali cicilan yg uda pertama dibayar, coba aja terus, usaha sampai bisa berangkat, untuk mencari pengalaman memang harus butuh biaya besar dan kerja keras. Untuk mencapai prestasi butuh usaha. Ini benar-benar sulit. Banyak pertimbangan. Ada dua opsi yang sebenarnya harus kupilih. Pertama, kalau aku berhenti aku harus merelakan cicilan pertama yang aku bayar sekian juta. Kedua, kalau aku melanjutkan aku belum siap dengan masalah dana dan paspor dan masalah izin orangtua. Hari semakin berlalu dan semakin dekat dengan deadline. Disaat hari deadline ke Malaysia bersamaan dengan pengumuman kelulusan hasil seleksi ke Jogja. Dan oh thank to God aku lulus mengikuti acara tersebut. Dari 1800an pendaftar hanya lulus 185 orang dan aku salah satunya. Dengan berbagai kesulitan yang aku alami akhirnya aku berhenti untuk melanjutkan acara ke Malaysia itu. Aku harus belajar untuk mengikhlaskan. Mungkin bukan saat ini waktu yang tepat untuk mengikuti acara itu. Aku harus berlapang dada. Ada rasa sedih dan kecewa. Telah banyak air mata yang jatuh saat itu. Aku merasa Tuhan tidak memberiku jalan dan petunjuk. Tapi mungkin inilah yang terbaik. Di sisi lain, aku masih ada kesempatan untuk mengikuti acara yang ke Jogja. Sebenarnya kasusnya sama, bedanya ini masih didalam negri dan yang tadi ke luar negri. Masalah yang aku hadapi ke Jogja juga masalah dana dan izin orangtua. Tapi aku tak akan menyerah, kali ini aku harus berhasil berangkat sampai ke Jogja. Aku akan mencari duit bahkan sampai bekerja sekalipun. Untuk masalah biaya mengikuti baksos aku tidak terlalu memusingkan. aku mendapat pelajaran dari kegagalan, kekecewaan yang aku alami. Mungkin Dia berikan aku cobaan seperti ini, supaya aku lebih kuat menghadapi jika ada masalah menerpa.
Itulah ceritaku. Mana ceritamu ? eh wkkwk
Kegagalan adalah awal dari keberhasilan. Proses pencapaian hidup tak lekang tanpa usaha dan kerja keras. Maju ? Sukses ? Cicipi dahulu pahitnya kehidupan. Yakinlah kesuksesan menunggumu didepan - Lucia
Terbangun di pagi buta. Aku segera mengecek ponselku. Disitu aku melihat hal yang menginsipirasiku. Aku bergegas menyalakan laptop sambil memutar lagu westlife kesukaanku dan melakukan sesuatu yang telah lama aku tinggalkan . I come back. I’m writing.
Dalam dua minggu situasi UAS di kampus, tidak setiap hari jadwal ujian ada. Dalam satu minggu aku mempunyai empat hari waktu kosong. Yeah it’s better than jadwal perkuliahan dengan kegiatan organisasi yang padat. Disaat seperti itu aku ingin sekali punya waktu sehari bisa tidur seharian tanpa ada gangguan, beban. Now, I have it. Apa yang ku lakukan setelah aku mendapatkannya? I can’t sleep even just for an hour. What should I do ? Pikiranku tak bisa diam. Pikiran yang bercabang-cabang. Apakah aku harus belajar untuk ujian dua hari lagi ? Apa aku harus menonton film romantic barat yang aku suka ? Apa aku harus bergila-ria dengan social media ku? Apa aku harus melanjutkan tulisanku yang sungguh lama vakum ? And do you know what I do ? Aku memilih untuk menonton film romantic di laptop tua ku. Laptop tua kun an malang yang akhirnya pulih. Ya sebelumnya laptop yang aku gunakan menulis sekarang ini sudah lama rusak, aku malas untuk memperbaikinya, terlalu sering rusak. Laptop ini berat, harus di charge if you wanna use it, tidak seperti yang aku inginkan. Aku ingin sekali mempunya notebook mungil yang bisa dibawa kemana-mana supaya aku bisa menulis setiap hari. Inilah yang membuatku tidak semangat untuk menulis. Sejak SMP aku sudah sangat menyukai menulis. Saat SMP dulu aku punya satu buku yang khusus tempat tulisan pantun-pantun dan puisiku. Haha aku flashback ini ceritanya. Kalau di ingat-ingat, membuatku geli tertawa. Iya dulu aku punya banyak buku rahasia. Yep diary. Dulu aku juga rajin menulis diary because I think if I write everything that makes me mess, I feel relax. Buku harian, buku pantun, dan buku puisi. Aku sering menulis ketiga itu. Tapi sekarang kebiasan itu hilang. Saat SMP aku selalu menjadi orang nomor satu dikelas. Tidak menyombongkan diri, memang begitu faktanya. Kalau pelajaran bahasa Indonesia tentang puisi, aku selalu jagonya. Apalagi saat aku membacakan puisi. Tau kenapa selalu nomor satu ? Maybe karna aku tinggal dikampung, siswanya juga sedikit. Tidak ada persaingan yang begitu ketat. Beda dengan masa SMA ku yang menyuramkan, selalu terbelakang. Ya, sekarang posisiku di salah satu kota besar tidak dikampung lagi. Saat SMA nilai akademisku sangat jelek, organisasi yang kau ikuti juga ujung-ujung nya aku tinggalkan, kegiatan bersosialisasi dengan teman sekelas juga tidak terjalin sama sekali. Aku berubah total. Aku menjadi seorang gadis kampung yang berantakan, gadis bodoh dengan karakter yang pendiam. Mungkin ini namanya yang dikatakan beradaptasi. Untungnya keadaan itu tidak berlangsung terus menerus. Di setiap kenaikan kelas, semakin hari aku semakin punya banyak teman ya walaupun nilai akademisnya masih stabil. Aku tidak punya sahabat sekelas tapi aku punya banyak sahabat dikelas lain. Aku selalu merasa tidak nyaman dengan teman sekelas. Tapi semakin hari juga ada perubahan aku punya sahabat dikelas sendiri dan nilai akademis ku meningkat. Sound’s better. Meningkat bukan berarti jadi nomor satu dikelas yah ahaha , meningkat dari yang terbelakang menjadi posisi di tengah. Dan saat akhir SMA yang menggemparkan, ketika pengumuman lulus SBMPTN, tidak disangka-sangka aku bisa lulus pilihan kedua ku, FKM USU. Ya jurusan ini memang bukan yang aku inginkan. Aku juga bingung aku pingin dimana dan seharusnya dimana. Sejak kecil cita-citaku selalu berganti-ganti. Mulai dari pengennya jadi polwan, pengen jurusan HI, psikologi, ilmu gizi, kedokteran, hingga sekarang jatuhnya di kesehatan masyarakat. Tapi aku sangat bersyukur. Hal yang mengejutkan, dimana seorang perempuan yang bodoh, kudet dan lemot bisa lulus ptn pada akhirnya.
Sekarang aku sudah menduduki semester 5, yah dipenghujung semester 5 tepatnya. Kalau dibayangkan, tak terasa ya semua berlalu dengan cepat. Oke kembali ke awal cerita haha. Disaat aku memilih untuk menonton film drama romantic tersebut. Aku merasa seperti ada panggilan. Kenapa ? Yang awalnya aku kira film itu adalah film barat yang romantic akan percintaannya, tetapi malah menceritakan tentang percintaan seorang penulis. Aku merasa dipanggil untuk melanjutkan menulis. Tapi nyatanya belommmm, aku belum memulai menulis. Hingga esok harinya pikiranku kembali terguncang dengan pendapat-pendapat yang berbeda. Aku ingin menjadi seorang penulis. Tapi menulis apa ? Aku ingin karyaku bisa di publish, di bukukan, dijual di took-toko buku. Aku termasuk orang yang selalu berkhayal akan mimpi besar. Aku bingung ingin membuat karya tulisan seperti apa. Novel kah ? kisah hidupku kah? Kiat-kiat mengenai suat hal kah ? atau apalah itu. Aku punya banyak mimpi yang ingin aku raih. Aku tidak suka mengikuti perkembangan zaman, yang notabene mahasiswa di kampusku gila-gila hits. Makan ditempat mewah, hangout ketempat-tempat yang lagi hits, memakai pakaian hits, dan bermakeup ria. Aku tidak suka hal itu. Yah aku masih primitive. Dan memang aku tidak sanggup untuk melakukan hal-hal seperti itu. Sejak masa perkuliahanku ini aku lebih suka untuk mengikuti kegiatan organisasi, aku suka mengikuti banyak perlombaan meskipun tidak selalu menang, mengikuti event-event yang mendukung bahkan samapai keluar kota dan keluar negri aku ingin meraihnya. Aku ingin sekali jadi sorang pemudi yang produktif, totalitas, inovatif dan kreatif. Aku ingin jadi seorang anak muda yang punya skill banyak. Aku ingin punya segudang prestasi yang membanggakan. Aku orang yang tidak bisa selalu santai. Terkadang jika melihat social media, instagram ku , aku iri melihat teman-teman lama ku ada yang sudah mendapat gaji dengan pekerjaannya, ada yang menjadi model, ada yang dengan mudahnya bepergian keluar-negeri, ada yang sukses dengan segudang prestasinya, mereka semua terlihat bahagia dan jelas masa depannya. Aku ingin seperti mereka. Aku ingin sukses di usia muda. Saat SMA dulu aku sangat suka membaca buku-buku motivasi, aku paling suka baca buku David J Swarts tentang befikir dan berjiwa besar. Dirumah, aku punya banyak koleksi buku motivasi. Hingga dulunya aku pernah ingin menjadi seorang motivator. Itulah yang selalu mengajarkanku untuk selalu berfikir maju berfikir kedepan akan jadi seperti apa nantinya. Bicara mengenai kegiatan organisasi dikampus, aku sangat bersyukur untuk memilih mengikuti hal seperti ini. Dengan berorganisasi, aku punya banyak teman, aku belajar bagaimana memecahkan suatu masalah, belajar menjadi seorang pemimpin, belajar beradaptasi. Aku selalu khawatir mengenai hardskill. Mungkin aku sudah punya beberapa jiwa softskill tapi aku merasa belum puas tanpa hardskill. Belum ada sesuatu hal yang bisa ku perbuat apalagi zaman sekarang zaman teknologi semakin canggih. Aku belum bisa menguasai keahlian-keahlian di bidang teknologi, seni, olahraga atau apapun itu yang bisa menjadi investasi masa depan. Aku ingin seperti Merry Riana, Cinta Laura, Maudy Ayunda, dan Sry Mulyani sosok yang aku idam-idamkan. Aku mau belajar tapi belajar itu sepertinya tidak bisa tanpa financial.
Berbicara sedikit mengenai financial, aku ingin menceritakan kekecewaanku.
Awal tahun 2017 ini merupakan awal buruk yang ku hadapi. Tapi ambil sisi positifnya saja, aku diberi cobaan supaya menguatkanku, belajar untuk ikhlas, belajar untuk lebih teliti dan tidak ceroboh, intinya. Tahun baru ini aku tidak merayakannya dengan keluargaku. Aku berada di Jakarta menjaga kakak kandungku yang sedang operasi. Tidak ada acara maaf-maafan sekeluarga, tidak ada kembang api, tidak ada ucapan selamat tahun baru pada saat malam tahun baru itu. Kami tertidur lelap di rumah sakit. Biasanya tahun baru sebelumnya kami merayakan tahun baru berempat, aku, mama, adik, dan abang. Aku anak ke lima dari enam bersaudara. Kakak pertamaku yang sedang operasi menetap di Depok, kakak kedua yang berprofesi dokter menetap dikampung, tidak jauh jaraknya dengan rumah dan saudara kandungku ketiga yaitu abang yang berprofesi polisi menetap di Jakarta. Ketiganya sudah menikah. Tinggal abangku yang masih pengangguran, aku dan adik yang sedang menduduki akhir SMA nya yang belum menikah. Keluarga kami keluarga yang biasa-biasa, keluarga yang cuek, tidak begitu harmonis. Kalau aku pulang kerumah, tidak ada pernah ada perubahan, hanya ada kesunyian, masing-masing sibuk dengan kesibukannya, tidak pernah bercanda ria ataupun jalan-jalan bersama. Mamaku seorang single parent. Jika telah berakhir masa liburan, mama selalu sendirian dirumah. Abang satu lagi yang sama sekali tidak bisa diharapkan apa-apa. Kerjanya selalu menghabiskan uang, bermain siang sampai malam. Ketiga saudaraku yang telah memiliki keluarga sendiri tak begitu menjalin hubungan baik dengan kami, saudara-saudaranya. Setelah menikah, ketiga saudaraku tersebut seakan tak mengenal keluarga asalnya lagi. Tak terjalin hubungan baik sama sekali. Aku merasa tidak punya kakak seorang dokter yang bisa belajar mengenai dunia kedokteran begitu pula dengan saudara lainnya. Sangat disayangkan bukan. itulah kenapa jika acara malam tahun baru kami selalu berempat. Harapannya saudaraku yang telah menikah bisa bergabung bersama kami, tapi mungkin itu takkan terjadi.
Aku tidak terlalu mengeluh dengan kondisi seperti ini. Sudah terbiasa. Jadi tahun baru 2017 ini disisi lain aku bersyukur aku masih bisa menginjakkan kaki di ibu kota walaupun tidak berlibur. Tapi terkadang air mata ini jatuh dengan mudahnya, terkadang aku lelah fisik dan mental. Kakakku yang pertama ini karakternya keras dan disiplin. Aku harus bisa ini itu, kalau tidak aku kena semburannya. Semburan itu yang aku tak tahan menghadapinya. Empat hari berada di Jakarta aku merasa ingin cepat-cepat pulang. Aku ingin cepat-cepat kuliah. Dan sukurlah aku bisa cepat pulang akhirnya.
Itu belum kekecewaan yang ingin aku ceritakan.
Aku gemar mencari informasi mengenai event-event yang membangun. Bulan desember saat itu, aku melihat ada acara di Malaysia. Ada proses seleksi dan harus membayar payment sekian juta. Aku mengabaikan mengenai biayanya. Dengan semangat aku mendaftar acara tersebut. Dan aku gagal. Sedikit sedih dan kecewa, panitia acara tersebut memotivasiku dan mengajak ku untuk kembali mengulang mendaftar dan mencobanya lagi dengan hal yang berbeda. Aku melakukannya, aku melakukan pendaftaran dan mengisi proses seleksi dengan sungguh-sungguh totalitas. Seminggu kemudian aku dinyatakan lulus. That’s amazing, finally I can’t go abroad to Malaysia, I think. Kemudian aku melihat ada acara di Jogja, aku juga mendaftarkan diri mengikutinya. Sama halnya dengan ke Malaysia, acara ke Jogja juga ada seleksi yang ketak dan butuh biaya. Kebetulan juga aku ada acara bakti social dikampus, aku sebagai wakil ketuanya dan butuh biaya juga untuk acara ini. Oke first, acara ke Malaysia awal Februari butuh biaya sekian juta, baksos akhir Januari biaya ratusan ribu, acara ke Jogja awal Maret butuh sekain juta. Untuk acara ke Malaysia aku ada masalah di paspor dan dana juga. Aku udah berusaha mengurus semua hal yang menghambat tersebut. But the big problem is mamaku ga setuju aku berangkat kesana, kakak ku juga demikian. Aku di marahi mereka. Masalah paspor juga tidak kelar-kelar sampai mau deadline, dana juga belum terkumpul semua. Aku uda menanyakan solusinya sampai ke dosen PA, ke senior, ke beberapa teman juga. Aku bingung sekali. Aku berdoa pad Tuhan supaya diberi petunjuk dan jalan. Berulang kali aku berdoa ke Velangkani. Teman-teman ada yang mengatakan kalau memang gasanggup mengikuti, gausa diikuti. Teman lain juga ada yang mengatakan sayang sekali cicilan yg uda pertama dibayar, coba aja terus, usaha sampai bisa berangkat, untuk mencari pengalaman memang harus butuh biaya besar dan kerja keras. Untuk mencapai prestasi butuh usaha. Ini benar-benar sulit. Banyak pertimbangan. Ada dua opsi yang sebenarnya harus kupilih. Pertama, kalau aku berhenti aku harus merelakan cicilan pertama yang aku bayar sekian juta. Kedua, kalau aku melanjutkan aku belum siap dengan masalah dana dan paspor dan masalah izin orangtua. Hari semakin berlalu dan semakin dekat dengan deadline. Disaat hari deadline ke Malaysia bersamaan dengan pengumuman kelulusan hasil seleksi ke Jogja. Dan oh thank to God aku lulus mengikuti acara tersebut. Dari 1800an pendaftar hanya lulus 185 orang dan aku salah satunya. Dengan berbagai kesulitan yang aku alami akhirnya aku berhenti untuk melanjutkan acara ke Malaysia itu. Aku harus belajar untuk mengikhlaskan. Mungkin bukan saat ini waktu yang tepat untuk mengikuti acara itu. Aku harus berlapang dada. Ada rasa sedih dan kecewa. Telah banyak air mata yang jatuh saat itu. Aku merasa Tuhan tidak memberiku jalan dan petunjuk. Tapi mungkin inilah yang terbaik. Di sisi lain, aku masih ada kesempatan untuk mengikuti acara yang ke Jogja. Sebenarnya kasusnya sama, bedanya ini masih didalam negri dan yang tadi ke luar negri. Masalah yang aku hadapi ke Jogja juga masalah dana dan izin orangtua. Tapi aku tak akan menyerah, kali ini aku harus berhasil berangkat sampai ke Jogja. Aku akan mencari duit bahkan sampai bekerja sekalipun. Untuk masalah biaya mengikuti baksos aku tidak terlalu memusingkan. aku mendapat pelajaran dari kegagalan, kekecewaan yang aku alami. Mungkin Dia berikan aku cobaan seperti ini, supaya aku lebih kuat menghadapi jika ada masalah menerpa.
Itulah ceritaku. Mana ceritamu ? eh wkkwk
Komentar